Rabu, 04 Maret 2015

PENGARUH KRISIS AIR DAN PANGAN TERHADAP PENDIDIKAN

PENGARUH KRISIS AIR DAN PANGAN TERHADAP
PENDIDIKAN


Disusundan Diajukan Guna Memenuhi Tugas Terstruktur
Mata Kuliah                   : Pendidikan Global
Dosen Pengampu        : Dr. Fauzi, M. Ag
Disusun Oleh :
Ruswati           (1123305031)
Tarbiyah 6 PGMI-A
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
PURWOKERTO
2014
A.    Pendahuluan
Pangan telah menjadi kebutuhan primer manusia yang harus dipenuhi sebelum memenuhi kebutuhan hidup lainnya seperti sandang, papan dan pendidikan, begitupun juga dengan air sangat berpengaruh terhadap segala urusan manusia.
Air dan pangan merupakan bagian dari proses lingkungan hidup yang amat berpengaruh. Sudah umum diketahui bahwa isu lingkungan hidup merupakan salah satu isu global selain demokrasi dan hak asasi manusia. Sejak akhir tahun 70-an, lingkungan hidup menjadi sebuah agenda politik, ekonomi, dan bisnis global.
Lingkungan hidup amat berpengaruh terhadap pendidikan, begitupun pendidikan akan mempengaruhi lingkungan hidup. Keduanya akan saling mempengaruhi kehidupan manusia.
B.     Pembahasan
1. Krisis air dan pangan
1.1  Krisis Air
Air bersih merupakan kebutuhan vital setiap manusia sehingga ketersediaan air bersih menentukan derajat kesehatan dan kesejahteraan hidup masyarakat. Pada kenyataannya, keterbatasan penyediaan air bersih erat kaitannya dengan penyebab kemiskinan, karena kemiskinan juga disebabkan oleh masalah kesehatan.[1]
Kajian global kondisi air di dunia yang disampaikan pada World Water Forum II di Denhaag tahun 2000, memproyeksikan bahwa pada tahun 2025 akan terjadi krisis air di beberapa negara. Meskipun Indonesia termasuk 10 negara kaya air namun krisis air diperkirakan juga akan terjadi, sebagai akibat dari kesalahan pengelolaan air yang tercermin dari tingkat pencemaran air yang tinggi, pemakaian air yang tidak efisien, fluktuasi debit air sungai yang sangat besar, kelembagaan yang masih lemah dan peraturan perundang-undangan yang tidak memadai.
Dengan semakin meningkatnya kebutuhan air dan terjadinya kelangkaan ketersediaan air, orang mulai terpancing untuk berpikir dan memandang air sebagai barang ekonomi (economic goods). Kelangkaan air dianggap sebagai peluang ekonomi. Buat mereka, kelangkaan air harus diatasi dengan efisiensi pemakaian, yang ditindaklanjuti dengan pembatasan pemakaian air dengan cara menaikkan nilai ekonomi air sehingga orang akan berhati-hati memakai air karena mahal. Saat sebagian orang tertarik untuk menjual air langsung sebagai barang komoditi, beberapa pemakai air lainnya mulai terganggu, karena bagi budidaya pertanian, ketersediaan air akan dapat menunjang peningkatan produksi pangan, peningkatan pendapatan petani, lapangan pekerjaan dan ketahanan pangan.[2]
Akibat serius dari semakin meningkatnya krisis air adalah di sektor pangan. Data menunjukkan bahwa sekitar 70%-80% kebutuhan air tawar adalah untuk memenuhi keperluan pertanian. Sedangkan sisanya untuk kebutuhan industri dan rumah tangga. Mengingat tingginya prosentase penggunaan air untuk memproduksi pangan, maka krisis air dipastikan akan berdampak serius pada ketersediaan pangan.[3]
1.2  Krisis Pangan
Teori ini menuding bahwa tekanan pertambahan penduduk menjadi penyebab utama akan terjadinya krisis pangan dunia. Sebagai contoh, Rusia mengalami kekeringan hebat beberapa waktu lalu sehingga kemampuan produksi pangannya menurun tajam. Bahkan negara itu terpaksa menutup ekspor komoditas pertaniannya guna memenuhi kebutuhan pangan dalam negerinya. Sebaliknya Thailand belum lama ini mengalami banjir besar yang menurunkan produksi pangannya.. Demikian juga China mengalami bencana banjir yang menggagalkan produksi pangan beberapa tahun lalu. Masih banyak data senada dengan ketiga negara tadi yang dampaknya  mengganggu keseimbangan supply dan demand pangan secara global. Krisis pangan yang terjadi di beberapa belahan bumi ini bukan semata-mata disebabkan oleh tekanan penduduk, tetapi oleh kelangkaan air dan perubahan iklim.[4]
Ancaman krisis pangan dan kekeringan telah melanda dunia. Yang mengherankan, krisis juga terjadi di negara-negara yang memiliki lahan yang luas dan subur dimana sektor pertanian menjadi salah satu pilar andalan. Seperti yang telah diketahui bersama, sejak beberapa tahun terakhir ini masyarakat indonesia mengalami berbagai persoalan yang terkait dengan masalah ketersediaan produk pertanian berupa pangan dan juga air bersih.
Pangan merupakan kebutuhan yang paling esensial bagi manusia. Tanpa pangan orang tak dapat hidup. Pangan diperlukan untuk menyususn tubuh, sebagai sumber energy dan zat tertentu untuk mengatur proses metabolisme.[5]
Pangan adalah unsur penting dalam membentuk ketahan nasional suatu bangsa. Oleh karena itu, masalah penyediaan pangan menempati posisi yang penting dalam program pemerintah.
Teori maltus sudah terbukti di Indonesia: produksi pangan meningkat mengikuti deret hitung, sedang jumlah penduduk bertambah mengikuti deret ukur. Tidak lama lagi masyarakat kita akan berderet-deret mengantri makanan karena peningkatan prouksi pangan tidak dapat mengimbangi pertambahan penduduk yang cepat. Dulu kita mengekspor beras, tetapi dalam waktu singkat situasi berbalik. Indonesia kini telah menjadi Negara agrasis pengimpor beras.[6]
Perkiraan para pakar jelas: jika jumlah penduduk bumi semakin meningkat, kebutuhan akan pangan pada tahun-tahun mendatang sampai 2030 akan melonjak hingga 35 persen. Dampaknya akan terlihat jelas di negara yang juga kekurangan energi dan air bersih.[7]
2. Pengaruh air dan pangan terhadap pendidikan
      Pendidikan sangat berpengaruh terhadap krisis air dan pangan. Peran pendidikan tidak bisa lepas dari meningkatnya jumlah penduduk yang berarti menambah jumlah pemakaian air dan membutuhkan ketersediaan makanan yang lebih banyak. Jika kebutuhan akan air bersih dan ketersediaan pangan yang memenuhi gizi berkurang maka pendidikan juga akan menurun. Karena adanya penurunan kesehatan manusia. Peran pendidikan harus dibarengi dengan lingkungan yang bersih dan sehat.
Pendidikan lingkungan di Indonesia dimulai dari gerakan pendidikan konservasi pada awal 1960-an.  Selanjutnya berkembang berbagai usaha dan organisasi yang bertujuan untuk menciptakan kesadaran individu terhadap lingkungan. Gerakan pendidikan lingkungan terus meningkat, dan para ilmuwan mulai mendesak pemerintah untuk mengembangkan program-program pendidikan disekolah. Hal ini menjadikan pendidikan lingkungan sebagai kmponen esensial dari strategi nasional terhadap pengelolaan lingkungan.
Pendidikan lingkungan secara bertahap dan menyeluruhdirasakan juga suatu proses pendidikan yang berkelanjutan sepanjang hayat (life long learning). Oleh karena itu, pemerintah mencanangkan pendidikan lingkungan di semua area pendidikan. Dalam tahun 1980-an pendidikan lingkungan benar-benar dipertimbangkan pemerintah sebagai dasar bagi semua pembelajaran, sebagai literasi lingkungan, dan pengelolaan lingkungan dalam jangka panjang.[8]
Pendidikan tidak bisa terlepas dari tekhnologi. Semakin lama teknologi akan semakin maju, hal ini akan membuat cara penanganan masalah air dan pangan menjadi sangat beragam. Maka tidak ada salahnya jika pemerintah mempunyai lembaga sendiri dalam menangani masalah air dan pangan. Karena ketersediaan air dan pangan adalah kebutuhan yang amat mendasar bagi manusia. Berbagai perencanaan dan upaya perbaikan gizi terus digencarkan oleh pemerintah meskipun pada kenyataannya masih saja ada yang merasa kekurangan air bersih dan banyaknya anak-anak yang mengalami gizi buruk.
Kebijakan yang bertujuan untuk memperbaiki status gizi tidak hanya tergantung pada konsumsi makanan, tetapi juga tergantung pada pengadaan atau penyediaan pangan.[9] Semakin langkanya ketersediaan air bersih dan pangan yang mencukupi. Maka proses pendidikan akan terganggu.
Dengan prinsip tanggung jawab pribadi maupun tanggung jawab bersama, setiap orang dituntut dan terpanggil untuk bertanggung jawab untuk memelihara alam semesta ini sebagai milik bersama dengan rasa memiliki yang tinggi seakan milik dirinya sendiri. Ketika alam dilihat hanya demi kepentingan manusia, milik bersama lalu dieksploitasi tanpa rasa tanggung jawab. Namun jika alam dihargai, dinilai seperti diri sendiri, maka rasa tanggung jawab akan muncul.[10] Maka program hidup berkelanjutan mungkin akan bisa terlaksana dan ketersediaan air serta pangan untuk generasi selanjutnya adalah PR penting bagi manusia.
C.     Penutup
Pangan adalah kebutuhan primer manusia yang harus dipenuhi sebelum memenuhi kebutuhan hidup lainnya. begitupun dengan air sangat berpengaruh terhadap segala urusan manusia.
Air bersih merupakan kebutuhan vital setiap manusia sehingga ketersediaan air bersih menentukan kesejahteraan masyarakat. Akibat serius dari semakin meningkatnya krisis air adalah di sektor pangan. Sekitar 70%-80% kebutuhan air tawar adalah untuk memenuhi keperluan pertanian. Mengingat tingginya prosentase penggunaan air untuk memproduksi pangan, maka krisis air dipastikan akan berdampak serius pada ketersediaan pangan.
Pangan merupakan kebutuhan yang paling esensial bagi manusia. Tanpa pangan orang tak dapat hidup. Semakin langkanya ketersediaan air bersih dan pangan yang mencukupi. Maka proses pendidikan akan terganggu. Ketersediaan air serta pangan untuk generasi selanjutnya adalah PR penting bagi manusia.
DAFTAR PUSTAKA

Damanik, Lericson.2012.Pengertian dan penjelasan krisis air dan pangan.
http://ondyx.blogspot.com/2014/01/pengertian-dan-penjelasan-krisis-air.htm.
Keraf, Sonny. 2002. Etika Lingkungan.  Jakarta: Penerbit Buku Kompas
Ruta, Christina. Kaitan krisis air, energy, dan pangan. Diunduh melalui.
http://www.dw.de/kaitan-krisis-air-energi- dan-pangan/a-16887441
Sadyohutomo,  Mulyono. 2008. Managemen kota dan wilayah realita dan tantangan.
Jakarta: Bumi Aksara
Soemarwoto, Otto. 2004. Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Jakarta:
Djambatan.
Suhardjo. 2005. Perencanaan pangan dan gizi. Jakarta: Bumi Aksara
Soemarno.2010. sumberdaya air dan perilakunya.
http://www.google.com/url?sas&source=webcad.
soemarno.ac.id.files.krisis-air-dan-pangan_2.d.aGc
Tumisem. 2012. Pendidikan lingkungan berbasis ekologi peraian melalui kepramukaan.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Widodo Brontowiyono. 2012. Krisis air dan pangan
http://www.google.com/url?sarcqesrc=s&source=web.cd.cadwidodo.staff.uii.ac.i.files.air-dan-pangan_2.docd.aGc
Winarno, Bondan. 1984. Neraca Tanah Air Rekaman Lingkungan Hidup ’84. Jakarta:
PenerbitSinar Harapan.



[1] Mulyono, Sadyohutomo. 2008. Managemen kota dan wilayah realita dan tantangan. (Jakarta: Bumi Aksara) hlm. 142
[2] Soemarno.2010. sumberdaya air dan perilakunya. Diunduh melalui http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&uact=8&ved=0CCYQFjAA&url=http%3A%2F%2Fsoemarno.ac.id%2Ffiles%2F2012%2F03%2krisis-air-dan-pangan_2.docMihigfTk-=fhbXE98YKtSAJwSn6tw&bvm=bv.62922401,d.aGc diakses pada tanggal 14 maret 2014 pukul 13:45
[3] Lericson, damanik.2012.Pengertian dan penjelasan krisis air dan pangan. Diunduh melalui http://ondyx.blogspot.com/2014/01/pengertian-dan-penjelasan-krisis-air.htm. diakses pada tanggal 16 maret 2014 pukul 14:15
[4] Widodo Brontowiyono. 2012. Krisis air dan pangan. Diunduh melalui http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&uact=8&ved=0CCYQFjAA&url=http%3A%2F%2Fwidodo.staff.uii.ac.id%2Ffiles%2F2012%2F03%2Fair-dan-pangan_2.doc&ei=7T4lU4a8NMihigfT3YCADA&usg=AFQjCNH7wJzu5rvQ8d3sUIPcjvys1PSiMQ&sig2=k56asbXE98YKtSAJwSn6tw&bvm=bv.62922401,d.aGc.diakses pada tanggal 16 maret 2014 pukul 16:27
[5] Otto Soemarwoto. 2004.  Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan. (Jakarta: Djambatan) hlm. 274
[6] Bondan Winarno. 1984. Neraca Tanah Air. (Jakarta : Penerbit Sinar Harapan) hlm. 181
[7] Christina Ruta. Kaitan krisis air, energy, dan pangan. Diunduh melalui. http://www.dw.de/kaitan-krisis-air-energi- dan-pangan/a-16887441. diakses pada tanggal 14 Februari 2014. Pukul 13: 31
[8] Tumisem. 2012. Pendidikan lingkungan berbasis ekologi peraian melalui kepramukaan.(Yogyakarta: Pustaka Pelajar) hlm. 8
[9] Suhardjo. 2005. Perencanaan pangan dan gizi.(Jakarta: Bumi Aksara) hlm 11
[10] Sonny Keraf. 2002. Etika Lingkungan. (Jakarta: Penerbit Buku Kompas) hlm 147

Tidak ada komentar:

Posting Komentar