Senin, 29 Juni 2015

Kesenangan yang tidak menyenangkan









Sebentar lagi masa liburan anak-anak sekolah berakhir, itu tandanya gue bakal segera mengajar. Gue tau ini bukan pertama kalinya gue mengajar, tapi tetep aja gue gugup. Selain gugup ada sesuatu perasaan yang aneh, perasaan yang tak terdefinisikan entah apa itu tepatnya gue nggak bisa menuliskannya dalam rangkaian kata-kata.
Gue nggak membayangkan kalo akhirnya gue memilih jalan untuk menjadi seorang guru, gue masih belum bisa menerima kenyataan yang gue pilih. Setiap manusia pasti kadang memiliki keinginan yang berubah-ubah setiap waktunya. Bukan plin-plan atau apa, tapi begitulah manusia kebanyakan.
Pada jaman dahulu kala, saat gue masih kecil ketika gue ditanya cita-cita gue, gue menjawab ingin menjadi dokter. Sebnernya bukan sepenuhnya keinginan gue ingin jadi dokter tapi karena kebanyakan temen-temen gue ingin jadi dokter maka gue mengikuti keinginan mereka karena gue ingin terlihat sama hebatnya dengan teman-teman gue.
Waktu berlalu dan keinginan jadi dokterpun mulai berlalu, kemudian saat gue kelas enam gue diajar sama guru yang begitu menginspirasi dan saat itu gue memutuskan untuk menjadi guru seperti beliau. Mungkin darisitulah keinginan gue menjadi seorang guru muncul.
Seperti impian orang pada umumnya hal itupun kemudian dilupakan, saat memasuki masa SMP gue pengen jadi seorang psikolog. Alasannya karena bu Titin, guru BK gue saat itu. Dia sosok yang luar biasa, dari kata-kata yang beliau ucapkan begitu menginspirasi dan kemampuan menasehati tanpa menggurui itu jadi alasan utama gue pengen jadi seorang psikolog.
Setiap orang punya masalah kan? Ketika orang hidup tanpa masalah itu pasti terlihat sangat membosankan. Dan itu juga menjadi masalah hidupnya karena menganggap tidak memiliki masalah. Gue pengen memberikan telinga gue untuk mendengar setiap keluh kesah orang-orang, mereka dengan senang hati menceritakan masalah mereka pada kita dan berharap kita bisa ikut menyelesaikan masalah mereka? Bukankah itu pekerjaan yang hebat?
Sangat jarang orang yang mau mendengar, sudah sifat manusia lebih banyak berbicara daripada memfungsikan telinganya dengan baik, itulah kenapa begitu banyak manusia egois yang bertebaran dimuka bumi ini, karena mereka jarang mendengar dan begitu sibuk dengan diri mereka sendiri.
Saat itu gue pengen menjadi sebagian manusia yang jarang ditemui itu, manusia yang memilih untuk lebih banyak mendengar. Membagi waktu kita untuk mendengarkan orang lain itu bukan perkara yang mudah. Mendengarkan, mungkin salah satu wujud untuk menunjukan pada dunia bahwa kita peduli.
Hari berjalan, lambat-lambat keinginan menjadi psikolog memudar dan menjadi seorang psikolog memang terdengar sederhana tapi ternyata tidak sesederhana kedengarannya.
Penulis. Kemudian gue berkeinginan menjadi seorang penulis. Gue dulu suka ngebaca majalah aneka yes! Gue menantikan cerpen-cerpen yang muncul disitu.
Lalu gue jadi lebih sering ke perpus pada saat itu, mulai membaca novel, hikayat, puisi, dongeng, cerita dan kebiasaan membacapun muncul begitu saja seiring dengan keinginan menjadi seorang penulis. Katanya penulis yang sombong adalah penulis yang tidak mau membaca karya orang lain, jadi saat itu gue memutuskan membaca karya-karya orang lain karena gue pengen jadi seorang penulis.
Gue mulai membuat cerita yang kemudian gue kasih secara Cuma-Cuma ketemen sekelas gue, gue belajar membuat puisi dan pelajaran bahasa Indonesia pada bab menulis itu menjadi pelajaran faforit gue kala itu.
Katanya yang membuat seseorang abadi adalah tulisan jadi jika kau ingin abadi maka menulislah. Keinginan menjadi seorang penulis semakin membara, apinya berkobar semakin besar.
Saat kita tidak bisa mengatakan sesuatu dengan mulut kita, menulis adalah cara yang paling bijak. Kita bisa mengeluarkan semuanya, sesuatu yang ada dihati kita, sesuatu yang ada dipikiran kita, kita bisa mengeluarkannya melalui pena, menakjubkan bukan?
Lagipula tulisan bisa dihapus, bisa diedit, bisa diperbaiki tidak seperti mulut kita. Tidak mungkin kan kita menjilat kembali ludah yang sudah dikeluarkan itulah kenapa banyak oarng yang lebih suka menulis daripada berbicara panjang lebar.
Buat gue, menulis adalah sesuatu yang mengalir begitu saja. Bahkan ketika tulisanmu hanya bisa kau nikmati sendiri itu tetap hal yang menakjubkan. itulah kenapa banyak orang yang hobi menulis buku diari.
Kita menulis apa yang kita baca dan membaca apa yang kita tulis, itu hal yang mengasyikan bukan? Gue nggak selalu berharap tulisan gue dibaca banyak orang bahkan gue sering berharap tak ada yang membaca ‘tulisan’ gue selain gue sendiri.
Saat itu menulis adalah cita-cita gue. Saat itu…
Hal-hal bisa berubah hanya karena waktu. Hebat bukan yang dimaksud dengan waktu. Bisa merubah segalanya, itulah hebatnya waktu.
Cita-cita gue jadi nggak jelas, gue pengen jadi ini, kemudian pengen jadi itu, dan lain sebagainya. Ketika gue sering liat film-film action, film amerika gue pengen jadi petarung hebat, gue pengen jadi salah satu agen FBI. Lucu kan? Xixi *abaikan*
Gue pernah pengen jadi arsitek juga saat itu ketika gue punya temen yang kuliah jurusan arsitek disolo, namanya Nana. Menurut gue arsitek itu keren meski lebih keren karya Tuhan, yaiyalah tuhan itu nggak bakal ada tandingannya.
Saat itu, gue pengen suatu saat mendesain rumah gue sendiri. Dulu gue memimpikan rumah yang seperti ada dikomik connan. Rumah yang memiliki ruang rahasia, bahkan ketika melihat doraemon yang labirin raksasa gue juga pengen membuat rumah yang ada labirinnya. Gue pengen punya rumah diatas pohon dan semua keinginan gue yang aneh-aneh. Gue suka berimajinasi ini dan itu.
Imajinasi itu segalanya dan begitu berharga buat gue. Bahkan dulu gue pengen membangun rumah ditengah hutan seperti dongeng Cinderella, membuat kastil yang indah didalam hutan. Mungkin gue bisa bertemu peri-peri, seperti kisah Tinkerbelle, Barbie, the lord of the rings. Gue juga kadang suka berharap gue punya lemari ajaib yang menghubungkan dunia gue kedunia lain seperti kisah Narnia.
Imajinasi gue suka berkeliaran entah kemana, menyenangkan banget ketika gue berjalan-jalan diatas imajinasi gila gue. Tapi gue mengakui itu salah satu hal menyenangkan dalam hidup gue, apa jadinya hidup tanpa imajinasi? Itu kedengaran seperti tidak memiliki harapan, tidak memiliki kepercayaan. Gue mempercayai apapun bahkan untuk hal-hal yang sulit dipercaya.
Ketika gue meilihat gambar-gambar yang indah gue belajar menggambar dan berkeinginan suatu saat gue jadi illustrator atau pelukis. Dan banyak keinginan yang berbeda ketika gue melihat sesuatu yang berbeda.
Pernah kepikiran jadi desainer, pengen merancang baju sendiri untuk dipake sendiri. Saat itu berasa membanggakan banget kalo terwujud.
Sekali lagi, waktu selalu merubah segalanya..
Ternyata sekarang gue bukan anak kecil lagi, gue udah gede atau setidaknya anak kecil yang terkurung dalam tubuh orang dewasa. Kadang gue lebih sering terlihat seperti anak-anak, dengan pemikiran anak-anak, tapi bukan berarti gue kekanak-kanakkan.
Dan saat ini cita-cita gue sederhana banget. Gue selalu menyimpan keinginan sederhana ini sendiri hingga saatnya gue bisa mengabulkannya. Gue pengen banget cita-cita yang ini nggak berubah kedepannya, gue pengen mewujudkannya dan semoga memang benar-benar terwujud. Amin
Ketika ternyata sekarang gue memilih jalan menjadi seorang guru semoga ini jalan yang terbaik yang Allah pilih buat gue. Pelan-pelan gue pengen mewujudkan impian sederhana gue itu, yang gue simpan sendiri sambil berjalan menjadi seorang guru. Guru yang menginspirasi banyak orang, guru yang dicintai, dan guru yang dirindukan murid-murid, semoga gue bisa menjadi guru yang sebeneranya. Guru buat diri gue sendiri, buat anak-anak gue nantinya dan gue pengen jadi guru yang tidak pernah menggurui siapapun.
Menjadi guru adalah kesenangan yang tidak menyenangkan. Semoga kelak akan ada seseorang yang mengajak gue keluar dari kesenangan yang tidak menyenangkan dan membawa gue pada kesenangan yang menyenangkan, kesenangan sesungguhnya. Semoga hari itu cepat datang. Hari-hari yang dilalui dengan hal-hal yang menyenangkan. Hari-hari penuh kesenangan yang menggembirakan. Hari itu… semoga kau cepat datang.
menjadi seorang guru! semoga gue bisa menjadi seorang guru yang bisa mengajar dengan ilmu dan mendidik dengan hati pada murid murid gue nantinya.

Minggu, 28 Juni 2015

C.I.N.T.A


Siapa yang takut jatuh cinta? Setiap orang berhak untuk jatuh cinta dan setiap orang layak menerima dan memberi cinta.
C.I.N.T.A
Terdiri dari lima huruf dan begitu banyak definisi yang tercipta dari satu kata itu. Semua orang di dunia ini begitu tertarik dengan yang namanya cinta. Hampir semua inspirasi terlahir karena cinta.
Misalnya saja seorang penulis lagu menulis lirik ketika mereka sedang jatuh cinta dan putus cinta. Semua yang berkaitan dengan cinta selalu hadir menjadi maha karya yang indah untuk kita nikmati. Baik cinta itu membuat kita bahagia atau membuat kita terluka. Tak ada yang salah dengan cinta, orang-orang selalu membenarkan pengertian cinta menurut versi mereka sendiri.
Buat gue cinta itu merupakan hadiah yang begitu istimewa yang tuhan selipkan pada setiap jiwa manusia. Jadi beruntunglah karena kita masih bisa merasakan cinta, kita masih sanggup mencintai dan menerima cinta dari orang lain.
Lalu, apa itu cinta?
Benarkah cinta itu bagaikan gelombang yang menepuk dua belah bibir pantai dimana belahan yang satu akan selalu menghambat yang lain? Tapi mungkin cinta adalah sesuatu yang nggak bisa dijelaskan hanya dengan kata-kata. Tapi apa salahnya jika kita belajar mendefinisikannya? Jadi, apa itu cinta?
Cinta adalah mahakarya yang tak ternilai harganya. Tak bisa dibeli dengan apapun. Setiap insan berhak mencintai dan dicintai. Saat kita mencintai seseorang lantas tidak melulu kita harus nebdapatkan cinta yang sama dari seseorang tersebut.
Seperti layaknya filosofi bersedekah, kita tidak begitu mengharapkan balasannya. Penerimaan, ikhlas itulah hal yang dibutuhkan ketika memutuskan untuk mencintai, karena kita sedang memberi tidak harus berharap menerima hal yang sama.
Cinta tak harus mendapatkan balasan, sebagaimana kita mencintai Allah, mencintai Rasullullah, mencintai orang tua kita, mencintai buku-buku, teman-teman kita tanpa kita menginginkan balasan dari mereka dan begitupun sebaliknya ketika mereka mencintai kita tidak pula kita harus membalasnya dengan cara yang sama.
Kadang kitapun tidak begitu mengerti alasan kita mencintai mereka karena pada dasarnya cinta tidak membutuhkan alasan dan tak ada alasan dalam bercinta.
Berbahagialah orang-orang yang bisa mencintai orang lain, karena tidak semua orang dapat merasakan dan mengalaminya. Tidak semua orang sanggup untuk mencintai bahkan ketika harus mencintai tanpa dicintai.
Cinta memang bukan sesuatu yang harus diperbincangkan, ia hanya harus dirasakan. Dengan cinta, sesorang memperoleh semangat hidup bukan sebaliknya. Cinta akan selalu ada dihati kita tanpa bisa kita lihat. Cinta selalu hadir di jiwa.
Cinta memang bukan segala-galanya, tapi dari cinta kita bisa dapat segala-galanya. Cinta mengajarkan kita tentang rasa. Tentang perdamaian, tentang kebahagiaan, kesetiaan, kesopanan, kesabaran, keceriaan, kesedihan, kekecewaan, penyesalan, tentang senyuman, tangisan, tentang tawa dan banyak hal yang kita dapat dari cinta entah itu hal baik maupun kurang baik.
Cinta selalu mengajarkan segala-galanya. Mengajarkan kita untuk berdamai dengan diri kita sendiri, dengan masa lalu kita, juga berdamai dengan orang lain.
Ada yang mengatakan bahwa cinta itu seperti kertas putih, bila dijaga ia akan semakin putih bercahaya namun bila dikotori akan terasa sangat menyakitkan.
Cinta juga bisa timbul dari rasa benci yang mendalam pada seseorang dan banyak yang mengatakan perbedaan cinta dan benci itu sangat tipis. Tapi kita tidak bisa membenci orang yang kita cintai dan tak bisa membenci orang yang mencintai kita. Dua hal itu masuk dalam ranah yang berbeda.
Kita bisa selalu memikirkan orang yang kita cintai tapi tidak harus mencintai orang yang kita pikirkan. Mencintai itu letaknya dihati. Hati dan pikiran adalah dua dimensi yang berbeda. Sekeras-kerasnya otak berfikir tak akan mampu mengalahkan hati.
Katanya lagi, cinta itu bermula dari pandangan mata kemudian turun kehati. Emm menyukai seseorang belum bentu mencintainya tapi mencintai seseorang sudah pasti menyukainya kan? Dari suka menjadi sayang, dari sayang menjadi cinta, terus timbul rasa ingin memiliki hingga akhira tak ingin dipisahkan, begitu mungkin definisi sederhananya kenapa orang yang jatuh cinta cenderung selalu ingin memiliki.
Apa cinta hanya suatu ketertarikan terhadap lawan jenis yang didasari oleh sesuatu? Nggak kok! Cinta bukan Cuma buat lawan jenis, tapi cinta itu untuk semuanya bahkan cinta pada bintang, tumbuh-tumbuhan, alam, beserta apa yang ada didalamnya.
Orang jawa bilang witing tresno jalaran soko kulino. buat gue nggak harus kulino kok. Buktinya banyak kok orang yang jatuh cinta nggak perlu membutuhkan proses yang panjang. Kita sendiri kadang nggak tau kapan kita mulai mencintai sesuatu.
Cinta yang hanya ingin mendapatkan balasan dari orang yang kita cintai itu egois nggak sih? Mereka merasa nggak terima kalo cinta mereka ditolak, lalu sakit hati dan menyalahkan orang yang tadinya kita cintai sebagai sebab kegalauan atau kesedihan kita? Egois bukan? Meminta seseorang untuk mencintai kita juga.
Egois hanya mengandalkan emosi belaka, kalo emosi sudah mendominasi pikiran kita dan perasaan kita maka akal sehat kehilangan fungsinya. Jangan jadikan cinta sebagai sebab munculnya keegoisan kisa, selalu mengharap terhadap apa yang kita beri.
Bukannya gue ge er atau kepedean atau sejenisnya. Banyak yang seing ‘nembak’ gue, ngajak pacaran gue. udah pasti banget kan gue menolak mereka. Gue sebenernya lebih nyaman ketika orang yang suka sama gue nggak bilang secara langsung dan ngajak pacaran gue.
Pada dasarnya insting wanita itu lebih kuat. Setiap wanita tau kok kalo ada yang menyukai mereka Cuma mereka suka pura-pura nggak tau aja kan? Karena mereka lebih nyaman ketika mereka dicintai secara diam-diam hingga saatnya sudah tepat baru deh diomongin kewanitanya untuk kejenjang cinta yang lebih halal.
Kalo udah ditolak gue, ada yang maki-maki gue loh. Dibilang sok jual mahal lah, inilah, itulah. Gue sih cuek-cuek aja. Gue nggak begitu terpengaruh tekanan publik yang menjelek-jelekan gue. cinta dan benci bedanya tipis kan?
Udah bilang katanya cinta pas ditolak malah ngejelek-jelekin. Itulah manusia. Selalu mementingakan diri mereka sendiri. Waktu itu ada mantan gue yang tiba-tiba ketemu kemudian dia nanya ini ke gue “nikah yuk”.
Gue nggak bisa ngomong apa-apa. Selama ini gue menanti-nantikan ada pangeran pemberani yang menanyakan pertanyaan itu ke gue dan disaat pertanyaan itu muncul gue malah bingung. Gue bener nggak bisa ngomong apa-apa. Gue akhirnya menanggapi dan meminta waktu buat berfikir, gue meminta petunjuk sama Maha pemberi petunjuk.
Dan apa…
Entah kenapa ada perasaan ragu dalam hati gue, gue yang awalnya tenang jadi gelisah. Gue kadang emang suka iri kalo liat temen gue nikah, giliran gue kapan? Tapi saat kesempatan itu datang, ternyata gue belum cukup siap.
Akhirnya gue nggak jadi melanjutkan kejenjang yang lebih serius. Semakin hari keraguan gue bertambah dan beberapa minggu kemudian gue liat dia jalan sama cewe. Tuhan itu emang the best banget. Maha pemberi petunjuk bagi hambanya yang ragu.
Kembali lagi ke cinta..
Cinta adalah mereka yang tidak hanya siap menerima cahaya tetapi mereka yang juga berani memasuki kegelapan. Artinya, tidak hanya siap menerima kebahagiaan tapi juga berani menghadapi ujian.
Cinta adalah sesuatu yang mutlak kita akui keberadaannya. Cinta adalah cahaya yang terang di lorong-lorong yang sempit dan gelap. Cinta adalah perasaan yang indah tapi bukan berarti semua keindahan mengandung cinta.
Mencintai berarti memberi tanpa harus mengharapkan balasan. Mencintai berarti menerima tanpa harus banyak menuntut. Tidak berusaha mengubah orang yang kita cintai menjadi apa yang kita inginkan. Kita tidak merubah seseorang karena kita begitu mencintainya, tapi seseorang berubah karena dia begitu mencintai kita.
Ketika kita mencintai seseorang berarti kita harus mempedulikannya bukan menguasainya. Kita akan melindunginya bukan menyiksanya, dan kita tidak akan pernah melakukan sesuatu yang menyakiti hatinya. Kita dapat membohongi orang, tapi bagaimana mungkin orang bisa menipu dirinya sendiri.
Cinta yang hakiki adalah cinta yang timbul karena Allah dan sudah selayaknya setiap orang wajib memiliki cinta. Hidup tanpa cinta adalah kehidupan yang kering.
Gue suka banget sama kata-kata yang ini
“God
If I sould fall in love with someone
Find me the one who loves you, the one
So I’m getting stonger in loving you, the only one”
Seperti kata terkahirnya, temukanlah aku dengan orang yang mencintaiMu, agar bertambah kuat cintaku padaMu. Seperti kata orang bijak berkata seperti ini to love someone is nothing
To be loved by someone is momething
To be loved by someone you love is exciting
But to be loved by the lover is everything
Kata Jackson Brown : people can be divided into three groups
Pertama, mereka yang membuat sessuatu terjadi
Mereka yang melihat sesuatu terjadi
Dan mereka yang menunggu sessuatu terjadi.
Cintamu tidak akan muncul tiba-tiba jatuh dari langit dihadapanmu, itu tidak akan terjadi jika kau hanya berdiam diri.
Selamat mencintai, semoga kau juga bisa dicintai. Semoga kau bisa dicintai oleh orang yang kau cintai. Maka cintamu akan sempurna. Temukan cintamu yang selalu mengajakmu untuk lebih mencintai Allah.
Selamat mencari dan selamat menemukan. Selamat bertemu! Dan semoga cepat disatukan cinta cinta sejatimu. Amin.

Woy, Ngaca donk!!

“Sedikit sekali orang yang bisa melihat matanya sendiri dan merasakan dengan hatinya sendiri”
Albert Einstein

Emang bener kata mbah Einstein yang itu, gue setuju sangat. Kebanyakan orang lebih mudah menyalahkan orang lain daripada menyalahkan diri sendiri. Itu sungguh sifat manusiawi manusia yang selalu ‘egosentris’ merasa diri sendiri selalu benar.
Bercermin, sama halnya kayak kita belajar mengendalikan ego kita. Nggak semua orang bisa melihat dirinya sendiri, makanya kita harus lebih banyak bercermin. Cermin, apa cermin itu benda yang akurat? Yapz, cermin hanya memantulkan. Dia tidak menambah ataupun mengurangi, cermin hanya memantulkan diri kita apa adanya. Gue kalo lama-lama bercermin jadi suka ngrasa jelek banget makanya gue nggak suka berlama-lama didepan cermin (nggak wanita banget deh yang julukannnya suka ngaca). Tapi tetep yang namanya wanita nggak akan bisa hidup tanpa crmin *alay*
Disitu kadang gue suka ngrasa sedih men, gimana caranya kita bisa jadi cermin buat orang lain tanpa perlu menambah atau mengurangi. Kayaknya hebat banget kalo bisa jadi cermin buat orang lain. Orang lain bakal senang mengoreksi diri mereka dengan kita tanpa perlu menimbulkan huru-hara dan hanya memantulkan.
Kayaknya jarang banget. Kadang malah gue suka nambah-nambahin ini dan itu, mengurangi ini dan itu apalagi kalo ditanya soal penampilan orang lain pasti seringnya gue bilang yang bagus-bagus takutnya kalo bilang jelek bakal nyinggung perasaan mereka. Gue tau itu salah, dan sepertinya gue belum bisa jadi cermin yang baik.
Kata Rasulullah; orang beriman adalah cermin bagi saudaranya.
Apa gue belum cukup menyandang gelar ‘beriman’? semoga seiring berjalannya waktu gue bisa menjadi cermin yang baik buat diri gue sendiri dan orang lain.
Kenapa kita harus selalu bercermin. Karena cermin akan menunjukan siapa kita sebenarnya. Dalam dongeng snow white cermin itu pemeran utamanya, jika tidak ada cermin tentu sang penyihir akan mempercayai dirinya sendiri bahwa dialah perempuan paling cantik didunia. Hebat banget kan benda yang namanya cermin itu.
Kenapa cermin begitu penting? Pertama karena ia jujur, kemudian karena dia apa adanya ketiga karena ia tidak pernah berdusta dan selanjutnya karena ia sekedar memantulkan diri kita. Tidak mngurangi atau menambah apalagi mengubah.
Kita membutuhkan cermin karena pada dasarnya kita ingin melihat diri kita apa adanya. Jika kita membutuhkan kejujuran untuk urusan luar, sudah semestinya kita juga memerlukan hal yang sama untuk mengonfirmasi urusan yang ada didalam. Sikap, perilaku & kepribadian diri. Tentu saja kita memerlukan cermin untuk melihat diri kita apa adanya dari dalam.
Tapi, benarkah kita membutuhkan konfirmasi atas sikap dan perilaku kita? Jangan-jangan kita memang selalu ingin tampil cantik, rapi, serasi dari luar saja dan enggan mengonfirmasi penampilan hati.
woy, ngaca donk!! sadar!! kata gue didalam hati

Selasa, 23 Juni 2015

Malu sama kucing, meong meong meong


Setiap orang pasti punya rasa takut akan sesuatu. Selain takut dengan air dan ketinggian gue begitu takut dengan suara-suara. Yapz, makannya gue males kalo liat film horror terutama di bioskop. Sebisa mungkin gue membenci dengan sangat yang namanya film horror. Gue sih sebenernya mau mau aja liat film horror asal nontonnya di computer dan tanpa suara. Kalo di kostan pas kepaksa liat film horror sama temen-temen yang gue tutupin telinga gue bukan mat ague. Hahaha, ups!
Oke, lupakan soal film horror. Sekarang, gue mau cerita soal kucing yang ada di rumah gue. Kucing dengan bulu kecoklatan dengan garis-garis putih. Dia sama seperti kucing kampong pada umumnya, nggak ada yang special.
Gue nggak begitu suka sama binatang. Gue cenderung manusia yang nggak punya peri kehewanan, begitulah gue. Hewan apapun hamper semuanya nggak memiliki daya tarik yang membuat gue tertarik ke mereka. Saat di sawah ketika gue ngebantuin babeh gue paling males kalo harus berpapasan sama yang namanya ulet, oter, kodok, kadal, de el el. Ihh gue benci banget sama mereka. Salah mereka apa coba? Hingga gue membenci mereka.
Nggak ada, kesalahan ada di gue. Karena gue benci sama mereka. Maaf. HAHAHAHA *evil laugh*
Kembali ke kucing yang ada di rumah gue. Gue udah mulai tertarik sama kucing. Kucing pertama yang membuat gue jatuh cinta adalah ini..
Ini kucing ‘temen’ gue. Setiap gue main kerumahnya si kucing berkeliaran kemana-mana. Tebar pesona gitu sama gue dan ganjen banget kucingnya sumpah. Lama-lama hati gue luluh juga dan pada saat itulah gue mulai suka sama yang namanya kucing. Meski kadar rasa suka gue baru sedikit.
Gue juga ada kucing yang sering main kerumah gue. Kucing itu mulai mendekati gue dan merayu-rayu gue untuk dikasih makan. Karena sedikit rasa suka terhadap kucing mulai muncul, gue jadi sering main sama dia, manjain dia, usap-usap kepalanya. Kaya gitu deh, tapi sekarrang gue membenci kucing yang ada di rumah gue. Kenapa?
Karena sekarang dia udah mulai berisik, cerewaet banget. Kayaknya itu kucing lebih cerewet dari gue. Kini dia tengah hamil tua. Gue nggak tau kucing yang mana yang berani-beraninya menghamili kucing yang ada di rumah gue. *gue gak sempet observasi*
Padahal ya, gue udah menaruh hati sama kucing itu. Tapi kucing itu mengecewakan gue dan kebencian gue terhadap binatang mulai muncul setelah sekian lama gue tahan demi itu kucing.
Bagaimana gue nggak kecewa. Sekarang dia tengah hamil tua men. Bukan Cuma itu DIA MULAI REWEL dan makin meresahkan. Dia nggak pernah bosen ngebuntuti gue, ngajak bercanda gue, kadang sok sok tebar pesona gitu ke gue. “heh kucing, gue udah ilfil sama loe!!” kata gue ke kucing itu pada waktu itu.
Dan kalian tau apa reaksinya? Dia malah semakin manja-manja ke gue. Aaaarrrrgg!!! Nggak sadar banget itu kucing. Nggak paham paham juga apa kalo sekarang gue benci sama dia.
Sebenernya bukan karena dia hamil gue membenci itu kucing. Alas an utamanya karena suara-suara yang udah mulai dia timbulkan. Suaranya menghantui dan mengusik ketenangan gue. Suaranya sering kedengeran seperti perempuan yang sedang nangis, kadang kaya bayi yang kesakitan, dan suara-suara itu kenapa harus muncul pada malam hari? Gue jadi nggak bisa itu gara-gara kucing itu. Kucing it uterus berbicara dengan bahasanya yang sampai sekarang gue nggak bisa memahami bahasa dia.
Setiap malam, selalu sehabis maghrib dia udah mulai cerewet. Gue masih bisa memaklumi mungkin dia lapar, gue kasih ikan asin. Kurang baik apalagi cob ague? Sampai-sampai dia tega terus menerus mengganggu kehidupan gue *ngalay dikit*
Dia membuntuti gue terus menerus. Gue masuk kamar dan gue kuci pintu. Didepan kamar gue ada peringatan buat kucing itu “KUCING DILARANG MASUK!!!!!” tanda serunay ada lima biar dia paham! Sekitar setengah sembilanan kucing itu mulai lagi dengan ocehan dan rintihannya yang membuat gue takut. Sumpah, gue takut banget.
Gue teriak-teriak tapi kucing itu nggak mendengar teriakan gue. Setiap gue pengen memejamkan mat ague jadi memutar music dengan volume yang begitu keras. Babeh sama mama nggak protes karena mereka mengerti bagaimana perasaan gue.
Seandainya kucing itu tak punya erangan yang menakutkan..
Seandainya kucing itu tak punya rintihan yang menakutkan..
Seandainya kucing itu tak punya ocehan-ocehan yang menakutkan..
Mungkin..
Mungkin sampai saat ini gue masih bisa menyayangi dia, bercanda, memanjakannya seperti dulu. Setelah dia hamil tua ternyata dia berubah tidak seperti kucing yang dulu. Kucing oh kucing, kembalilah jadi kucing yang dulu gue kenal. Jadilah kucing yang lucu seperti dulu. Dan berhentilah menakutiku dan berhentilah membuatku takut. Aku merindukan kamu yang dulu cing. Kucing oh kucing.
Ini foto terbaru si kucing yang perutnya membesar. Dia sedang hamil tua yang setiap malam membuat gue ketakutan. Diluar semua rasa takut gue sebenernya gue sayang sama kucing itu. 
dia buluk bange, entah kucing siapa itu tapi dia suka ngecengein gue dirumah. semoga dia cepat melahirkan anak yang lucu-lucu.