Senin, 20 April 2015

mari merubah pertanyan

sumber gambar : google



Minggu-minggu kemaren, minggu ini, dan minggu besok gue menghadiri banyak banget resepsi pernikahan. Sepertinya April adalah bulan untuk menikah. Mulai dari temen pas putih abu-abu, biru putih, semuanya menikah. Sampai gue berulang-ulang menanyakan pertanyaan yang sama ke diri gue sendiri “kapan giliran gue?” kapan gue menikah? Gue juga pengen menyempurnakan agama gue kaya mereka.

Bukan Cuma gue aja loh yang nanya kayak begitu, beneran deh. Temen-temen gue yang belum ketemu sama pangerannya juga menanyakan hal yang sama. Terus abis itu muncul pertanyaan kedua, “kenapa gue nggak nikah-nikah yak? Apa yang kurang coba?” lalu pertanyaan-pertanyaan selanjutnya muncul bertubi-tubi membuat stress ini kepala.

Seperti pertanyaan kira-kira siapa yah, suami gue? Pokoknya pertanyaan ini membuat stres deh ketimbang memikirkan judul skripsi, sumpah deh! Seneng sih ketika diundang sama temen saat pesta pernikahannya, tapi sebagian hati kecil ini kadang iri (dasar sifat manusia). Kadang suka ngrasa kepedeaan, padahal kan menurut gue. Gue lebih baik dari dia, kenapa dia udah gue belum nikah? Nah, akhirnya sering nyesek sendiri.

Memang ya, gue akui sebagai seorang perempuan. Gue ini perempuan loh, awas yang masih suka nganggep gue laki-laki sini gue timpuk! Sembarangan. Oke kembali ke jalan yang benar. Sebagai seorang perempuan di umur yang mendekati angka 25 kalo belum nikah itu seperti beban berat men. Apalagi gue hidup dibawah kaki gunung yang notabennya itu sedikit terpencil. Kalo sudah memasuki angka lebih dari 25 itu dianggap perawan tua. Nonsen banget.
Itu tuh menjadi tekanan batin banget teman. Belum lagi kalau mengahdiri undangan. Muncul pertanyaan-pertanyaan “kapan nyusul, us?” gila, itu pertanyaan yang mematikan banget, kan?

Kenapa ya gue kok belum nikah-nikah? Padahal kan gue merasa gue udah siap menikah. Gue juga udah merasa persiapan gue udah lebih dari cukup. Apa yang kurang dari gue, sih? Hingga Allah masih merahasiakan pangeran gue dari gue.
Bisa jadi karena gue terlalu mempersiapkan banyak hal hingga gue lupa sama hal-hal sepele. Mungkin saja kan Allah masih nyimpen pangeran gue karena sebenernya pangeran gue yang belum siap.

Gue sih memaklumi akan hal itu. Sebagai seorang laki-laki pasti memerlukan banyak banget persiapan. Harus kerja dululah, nabung dululah buat biaya nikah, mempersiapakan ini dululah, mempersiapkan itu dululah. Gue paham, karena seorang pangeran akan bertanggung jawab penuh nantinya terhadap kehidupan sang istri. Banyak cara yang bisa dilakukan untuk mencintai, salah satunya menunggu. Dan lagi-lagi gue harus sabar menunggu pangeran gue memberanikan diri ke rumah gue untuk melamar gue. (catet: menunggu)

Atau mungkin gue belum banyak persiapan. Menurut gue, gue udah siap untuk menikah. Tapi bisa saja kan menurut Allah gue sama sekali belum siap. Bisa jadi, kan?
Sebabnya bermacam-macam sehingga Allah belum mendatangkan pangeran gue untuk datang melamar ke Orang tua gue dan menikahi gue. Gue harus banyak memperbaiki diri, apa sih yang masih kurang dalam diri gue? Kok Allah belum menikahkan gue dengan pangeran gue?

Gue kan nggak doyan sayur. Mungkin pangeran gue bisa menerima gue apa adanya banget tapi bisa saja kan keluarga pangeran gue nggak bisa menerima gue apa adanya seperti pangeran gue. Pernikahan kan bukan Cuma menyatukan dua insan, tapi dua keluarga menjadi satu. Mungkin saja Allah sedang memberi waktu buat gue untuk belajar makan sayur. Allah mau ngasih tau ke gue bahwa Sayuran itu enak, loh! Sayuran itu menyehatkan, loh!

Alasan Allah masih menyimpan pangeran gue mungkin karena hal-hal kecil seperti itu yang luput dari pandangan gue. Gue terlalu fokus mempersiapkan hal-hal besar hingga lupa akan hal-hal yang kecil. Allah maha Tau, sedang gue sering lupa!

Mungkin pangeran gue nggak suka Traveling, nggak hobi jalan-jalan kaya gue. Mungkin gue harus belajar untuk mengurangi porsi berpergian gue. Mungkin Pangeran gue itu sukanya dirumah, didalam kamar, dan didepan komputer seharian. Mungkin saja kan? Allah sebenernya lagi mengajarkan gue untuk nggak melupakan hal sepele seperti ini. Bisa saja kan hal semacam ini akan memicu keributan dimasa mendatang setelah menikah, kenapa gue sebodoh ini? Berarti gue kurang banget persiapannya, pangeran jangan datang terlalu cepat, ya!!! Datanglah tepat waktu saat kita sudah sama-sama siap.

Atau bahkan pangeran gue itu orangnya sangat pendiam, tau sendiri kan gue kalo udah sekali ngomong susah ngremnya. Gue sadar gue itu gadis pendiam yang nggak bisa diam. Oke berhenti bicara soal keburukan gue. Pastinya, Allah itu nyuruh gue buat belajar lagi mengendalikan omongan gue, untuk memikirkan dulu sebelum negeluarkan kata-kata.

Kalo menganut ilmu padi yang semakin berisi semakin menunduk kayaknya gue nggak masuk kedalamnya deh. Apes banget gue ada paham seperti itu. Yang jelas gue harus mengendalikan diri gue sedemikian rupa. Iya, kan?

Gue semakin sadar, ternyata gue belum siap untuk menikah dan ternyata gue belum mempersiapkan apa-apa. Mungkin saja pangeran gue levelnya itu diatas gue. Jadi Allah sedang menyuruh gue untuk memantaskan diri agar selevel dengan pangeran. Mungkin gue harus lebih banyak mendalami ilmu agama biar gue bisa mengajari anak-anak gue entar. Biar mereka tidak tersesat dijalan yang salah. Ternyata gue belum siap menikah pangeran.

Memang sih, di umur gue yang udah nggak muda lagi (menurut orang-orang desa) ini tekanan batin banget nget. Jreeeng *muncul bola bohlam dikepala gue* *oh, gitu* gue harus banyak merenung kali ini. Kira-kira persiapan apa lagi yang harus gue persiapkan untuk menyambut pangeran gue nanti, disaat yang tepat itu datang.
Mungkin Allah itu sebenernya sangat Rindu berat sama gue. Sepertinya gue jarang banget sekarang bangun malam, puasa sunah, sholat sunahnya juga jarang banget, seringnya Cuma tahajudan mulu. Pastilah Allah Kangen sangat, masa kaya gini aja gue nggak ngerti-ngerti. Allah pasti Rindu mendengar gue nangis-nangis dan mengadu, menumpahkan segudang keluh kesah gue hidup di dunia, meminta setumpuk permintaan-permintaan gue. Pastilah Allah rindu permintaan-permintaan gue. Gue kan gadis yang banyak maunya.

Udah pasti banget Allah kangen beraaat sama gue. Gue yang sibuk memikirklan dan bertanya kenapa, kapan pangeran gue datang hingga lupa hanya sama Allah tempat gue bergantung. Selama ini gue udah dikecewain banget sama manusia, pastilah Allah sangat kecewa ke gue. Gue Hampir ngeduaian Allah dengan pangeran gue.

Harusnya, kan gue semakin ngedeketin Allah, ngrayu-ngrayu Allah. Malah gue sibuk dengan asumsi-asumsi gue yang gak masuk akal. Mungkin pangeran gue si A, mungkin si B. apalah-apalah banget kan gue. Gue mah orangnya gitu. Kalau lagi suka sama sesuatu suka asik sendiri. Maafin Hambamu ini ya Allah yang sudah lalai dan lengah untuk muhasabah diri.

Gue tau, dan sadar diri banget kalo gue orangnya super duper cueknya ke orang. Apalagi ke cowo. Mungkin saja pangeran gue itu orangnya sangat perhatian ke gue. Allah lagi mengajarkan gue untuk lebih peduli lagi ke orang. Gue kan orang yang paling nggak suka ikut campur sama urusan mereka, gue suka dan lebih peduli sama diri gue sendiri. Disitu kadangsuka ngrasa sedih.

Bisa saja kan pangeran gue itu orangnya khawatiran banget sedangkan gue yang sekarang cuek banget. Mana boleh gue nyuekin suami gue nantinya. Gue masih harus banyak latian buat lebih peduli lagi.

Atau cara gue deket sama lawan jenis selama ini salah. Tidak sesuai sama tuntunan, dsb. Gue masih mau dideketin cowo yang nggak jelas, masih mau jalan sama cowo, masih suka tertawa renyah didepan cowo. Mungkin saja Allah sebel akan hal itu, Allah lagi nyuruh gue buat belajar lagi untuk hati-hati sama cowo. Yang bilang suka tapi nggak ngelamar-ngelamar. Nah, itu tipikal cowo yang PHP. Itu mah bukan cowo tulen, jadi gue harus lebih hati-hati lagi intinya.

Nah, mungkin saja gue malah melupakan poin utamanya. Gue khilaf sama inti yang sesungguhnya yang mau Allah ajarkan dan kasih tau ke gue kenapa gue belum nikah-nikah. Kata Allah :
Kamu itu sholatnya perlu dibenerin lagi, bacaannya disempurnain lagi
Puasanya dimantepin lagi, sholatnya sunnahnya ditekunin lagi..
Kamu itu masih kurang sabar, ikhtiarnya masih kurang..
Suamimu itu ingin kamu menjadi bidadarinya sampai ke surga..
Masa calon bidadari kaya gitu ?
Kamu harus jadi lebih baik lagi..
Fokus kamu sekarang itu harusnya memperbaiki diri,
bukan penasaran siapa pangeran kamu..
jangan tergoda sama hal-hal duniawi,
fokuslah untuk kehidupan yang hakiki..

siaap ya Allah, maafin hambamu yang tidak tahu ini ya Allah. Ingat, fokus gue saat ini bukan sibuk mempertanyakan pangeran gue. Tapi harus memantaskan diri untuk menjadi bidadari buat pangeran gue hingga ke SurgaNya.

Mungkin selama ini gue banyak sekali melakukan kesalahan, melakukan banyak dosa, kadang masih suka ngebohong, kadang inilah itulah, kelakuan gue banyak yang belum benernya, pokonya suka apalah-apalah banget deh. Mungkin karena itu semua Allah ngambek sama gue hingga sampai saat ini masih merahasiakan pangeran gue.

Diluaran sana mungkin banyak orang yang tidak menyesal, tidak dikasih tau dan diberi petunjuk sama Allah untuk memperbaiki diri. Tapi karena banyak kesalahan yang gue lakukan, Allah masih sayang dan masih mau negur gue buat memperbaiki diri menjadi lebih baik. Terimaksih atas hidayahMu yang tiada terkira ya Allah.

Pertanyaannya sekarang bukan kenapa ? tapi bagaimana gue mempersiapkan diri menuju pernikahan bukan pula pertanyaan kapan ? tapi bagaimana gue menjalani prosesnya menuju pernikahan. Apa sudah sesuai sama syari’at atau asal-asalan.

Pangeran, hari ini gue belajar banyak hal. Allah udah ngasih clue buat gue pecahin. Dan kata Allah sebenernya kamu itu ada disekitar gue. Allah belum menunjukan jalannya untuk kita berdua, sabarlah pangeran kita pasti akan bersatu.

Kata pria berkacamata yang popoler disapa Afgan itu bilang disalah satu lagunya kalau jodoh pasti bertemu, ku kan memilikimu. Sampai bertemu ditempat dan waktu yang tak kita duga pangeran.

Meski sekarang langkah yang kita ambil berbeda, semoga tujuan kita sama. Semangat mencari istana gue pangeran! Terimakasih sudah memilih gue dan memperjuangkan gue untuk sesuatu yang halal. Selamat bertemu dipelaminan pangeran, semoga tidak hanya bertemu tapi disatukan dalam sebuah ikatan yang hakiki hingga ke jannahNya. Amin

Ciberem, 21 April 2015
Saat hari Kartini, pertanyaan ini muncul dan pelajaran ini datang.
Pangeran, cintai aku karena Allah, ya. Selamat hari KARTINI, semuah

Sabtu, 18 April 2015

sebuket bunga vs seperangkat alat sholat


kawan, katanya eh katanya nih. ditahun 2015 biar nggak mainstream kalo wisuda udah nggak jaman ngasih bunga-bungaan, sekarang jamannya ngasih seperangkat alat sholat. #nah loh

gue mau banget tuh dikasih seperangkat alat sholat kalo pas gue wisuda (ngarep) pertanyaannya sekarang,  kapan wisuda? eh gue rasa itu bukan pertanyaan deh. disitu kadang gue suka ngrasa sedih, *Alay* *gue mah gitu orangnya*

gue suka heran sama diri gue sendiri, kenapa? karena gue orangnya suka-suka gue sendiri. gue nglakuin semua hal tergantung mood. gue jamin seratus persen kalo gue gini terus gue gak bakal ngerjain skripsi.
#ampun deh


oh iya men, gue lagi sebel banget sama yang namanya sosial media, entah itu facebook, bbm, dan antek-anteknya. pokoknya lagi bete banget sama mereka. akhirnya gue menumpahkan semua keluh kesah gue di laptop tercinta. gue jadiin satu folder dan gue kunci rapat-rapat kemudian dan akhirnya gue delete. *eh, nggak penting banget cerita gue yang satu ini*


baik, abaikan yang tadi. sekarang jika ingin dapet sebuket bunga sepaket dengan seperangkat alat sholat yang nggak tau itu ada yang bakal ngasih ke gue atau enggak. syaratnya cuma satu. gue harus mengajukan judul dan menjadi mahasiswa sesungguhnya (catet: bikin skripsi)

disini berarti gue harus menemukan pangeran gue, eh lebih tepatnya pangeran gue harus segera menemukan gue. gimana caranya ngasih sinyal ke pangeran gue yah, gue yakin pangeran punya GPS kan? tapi kenapa datengnya lama banget men? atau jangan-jangan pangeran gue lagi mempersiapkan banyal hal? oh my god #geleng-geleng
 

gue itu suka ngiri sama mereka yang judulnya udah diterima, yang udah seminar, yang udah kompre, yang udah munaqosah, dan yang udah wisuda. kadang gue bertanya-tanya tiba giliran gue kapan bro? gue cuma bisa nyengir kuda mungkin suatu saat bila sudah tiba masanya. *ngeles* na na na na *pasang headset* *klik wmp*


gue itu pandai banget cari alesan kalo ditanya soal skripsi, jawabannya macem-macem yang belum nemu insprirasilah, sibuk sana-sinilah, ppl-lah, kkn-lah. intinya mulai sekarang gue harus memprioritaskan skripsi gue. DAN SAMPAI SAAT INI BELOM GUE PRIORITASKAN!!!

gue sekarang sering banget tidur, yang siapa tau pas gue bangun gue udah langsung wisuda *berkhayal yang nggak penting*

gue harus otewe banter banget biar cepet dapet sebuket bunga sama seperangkat alat sholat dari pangeran gue yang entah tau siapa dan keberadaannya belum gue ketahui. mungkin radar yang gue pasang di istana orang tua gue belum cukup kuat untuk membuat pangeran gue menemukan gue.
semangat buat sang pangeran yang namanya masih dirahasiakan sama Allah. jangan pantang menyerah dan yakinlah melangkah menuju istana orang tua gue. gue janji gue bakal menjadi ratu diduniamu dan surgaNya. *cie cie* *jingkrak-jingkrak*

nah, pembicaraan semakin nglantur, lebih baik disudahkan. sekian. saatnya menghayal tentang skripsi, eh ngerjain skripsi maksudnya. jiah

Sumbang, 19 April 2015
diatas kasur, menghayal tentang hadiah dibalik skripsi
wisuda oh wisuda, oh men mendadak menyesal menjadi Mahasiswa

Kamis, 16 April 2015

Jadi Ibu PKK!!!





Wah, berasa gue udah pengen banget jadi Ibu. Hahaha

Kemaren, tepatnya tanggal Enambelas April Dua Ribu Limabelas, ada perkumpulan Ibu-ibu PKK yang lagi Raker di Balaidesa Kalitinggar. Berhubung gue dan kawan-kawan gue dari IAIN Purwokerto sedang ngadain KKN. Eh bukan ngadain itu kewajiban gue sebagai Mahasiswa. Gue ikut ndompleng kegiatan mereka, catet yah: ngumpulin orang banyak itu nggak mudah loh!

Berhubung gue dan kawan-kawan punya program pelatihan pembuatan nugget (baca: itu yang gue bisa). Respon masyarakat antusias sangat, gue seneng itu.

Kita kan nggak mau malu didepan banyak orang, jadi sebelum ngadain pelatihan kita semua latian dulu di posko. Berhubung baru gue yang pernah bikin nugget gue jadi instruktur buat teman-teman. *gaya banget* beuh.

Dua kali kita latian, pokoknya kita semua harus bisa. Seneng banget rasanya ngasih ilmu ke orang lain. Apa yang kita bisa ditularkan ke yang belum bisa. Bukan malah disimpen sendiri ilmunya.









Entah kenapa gue seneng banget kalo bagi-bagi ilmu. Makanya gue ngambil jurusan pendidikan. Salah satu alasannya karena gue pengen bagi-bagi ilmu. Katanya ntar setelah kita mati itu Cuma ada tiga hal yang bakal terus mengalir, salah satunya ilmu yang bermanfaat.


Eh eh, malah jadi ngebahas soal agama. Oke gue Cuma mau ngasih tau dan pamer foto doang. Ini dia saat pelatihan pembuatan nugget bareng ibu-ibu PKK , kapan ya saatnya gue jadi Ibu? *nepok jidat*
Sebelum acara dimulai gue main-main dulu sama anak-anak. Tau sendiri kan y ague teratarik banget sama yang namanya anak-anak.




ini dia acaranya, pelatihan pembuatan nugget ikan ala gue :











oia foto bareng sama ibu pengurus PKK



pamer fotonya udah kawan, sekian :p :D



Selasa, 14 April 2015

ketika iuss "berhenti" jatuh cinta


Judulnya serem amat yak? Hehe. Sebenernya gue nggak pernah berhenti buat jatuh cinta. Iya, gue selalu jatuh cinta. Bahkan setiap hari gue semakin jatuh cinta. So, judulnya perlu gue ganti nggak? Nggak usah, nggak apa-apa kok.

Jatuh cinta…
Jatuh cinta yang gue maksud, jatuh cinta pada lawan jenis. Lebih tepatnya pangeran pemberani gue. Siapakah itu? Gue juga belum tau siapa gerangan dia itu, gue selalu jatuh cinta sama pangeran gue, meskipun gue nggak tau siapa dia. Gue memutuskan untuk selalu mengucapkan cinta kepadanya.

Mengungkapkannya lewat tulisan-tulisan gue, tanpa harus mengusiknya, tanpa gue cemburu kepadanya. Gue juga nggak peduli meskipun pangeran gue nggak pernah membaca tulisan-tulisan gue.
Gue yakin Allah selalu menyampaikan rasa cinta gue pada pangeran pemberani gue. Dan jika ternyata pangeran gue selalu membaca tulisan-tulisan konyol gue ini, gue ngrasa seneng meski gue juga nggak tahu siapa dia, pasti dia tertawa renyah membaca tulisan-tulisan gue.

Gue nggak mau mengusiknya. Inilah car ague untuk jatuh cinta kepadanya. Gue yakin jika saatnya telah tiba dia benar-benar akan muncul dihadapan gue dengan cara yang paling indah yang sudah Allah siapkan dari dulu                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                       untuk gue dan pangeran gue. Gue yakin dia akan dating dengan membawa serombongan keluarganya disaat yang tepat suatu hari nanti. atau jangan-jangan besok, minggu depan, bulan depan, tahun depan, entahlah. Gue yakin dia bakal dating saat kami memang sudah benar-benar siap.

“cinta itu memikirkan yang dicintai, bukan kemarin dan kini. Tapi nanti”

Mungkin sekarang belum waktunya, tapi nanti jika sudah masanya kami akan disatukan dalam sebuah hubungan yang indah hingga pangeran gue menuntun gue ke surge-Nya. Amin. Gue selalu bahagia membayangkan masa depan gue bersama pangeran gue, pangeran yang belum tahu siapakah dia.

PASTI. Gue yakin pasti. Allah bakal menyatukan gue dengan pangeran yang terbaik buat gue. Allah sudah menyiapkan satu untuk gue, untuk menemani gue, melindungi gue, menjaga gue, menghormati gue, menghargai gue, dan yang terbaik untuk mendampingi gue kelak. “apabila karena Allah dua insane berpadu, apa yang ditakutkan bila Allah yang jadi pemandu” cintai gue karena Allah duhai pangeran.
Jangan pernah katakana cinta ke gue kalau nyatanya kau belum siap memikul tanggung jawab gue. Jangan dulu bilang saying sebelum kau siap menafkahi gue. Jangan dulu member harapan-harapan palsu jika kau ternyata belum siap menerima kekurangan-kekurangan yang ada didiri gue.

Jika saatnya nanti kau sudah tau dan bisa mencintai dengan cinta yang baik dan benar datanglah ke gue. Gue bakal jatuh sejatuh-jatuhnya ke hatimu pangeran. Gue akan menemani skuat dan semampu gue.
Kata ustadz Felix dalam bukunya yang berjudul “udah putusin aja!” bahwasannya lelaki sejati tak pernah ajak pacaran.gue nggak mau pacaran, karena gue pengen nikah sama lelaki sejati yang nggak ngajak pacaran tapi ngajak ke pernikahan. *loh, malah bahas nikah-nikahan sih?* *na nana* *abaikan* *alay*
Dengan Allah bersamamu
Semoga Allah selalu menemani langkahmu menuju aku
Allah dulu
Allah lagi, dan..
Allah terus
Semoga kita bersatu karena Allah
Bersatu Untuk Allah
Dan disatukan oleh Allah

Entah kapan gue berhenti buat jatuh cinta. Gue nggak begitu mengahrapakan kau adalah lelaki yang sempurna pangeran. Asalkan kau mau berjuang bersama untuk menjadi manusia yang semakin baik & bahagia, kenapa tidak kita bersatu. Gue juga nggak begitu mengahrapkan kau punya fisik yang tampan, cukup ibadah yang mapan hingga kau membimbingku menuju kebaikan, kenapa kita nggak segera bersatu pangeran?


Izinkan gue selalu menyapamu dalam setiap do’a yang gue panjatkan. Cukup tangan ini yang tau karena apa gue menangis disetiap sujud malam gue. Gue disini dan kamu disitu, kita berdua memang Cuma bergantung pada Allah semata. Gue yakin meski jauh dimata namun kita dekat di do’a.

Gue bakal mengungakapkan dan mengatakan perasaan gue lewat kertas putih. Inilah car ague jatuh cinta tanpa harus mengusikmu, tanpa harus membuatmu terganggu. Ini caraku, what about you?
Pangeran, jika ternyata kau masih takut untuk bersanding denganku. Maka cintailah Allah lebih dalam dan biarkan Allah menuliskan takdir kita untuk bersama, saling mencintai karena-nya.

Menikah buakn masalah “dengan siapa” atau “kapan?” tapi lebih penting dari itu adalah “kenapa saya menikah?” dan “bagaimana menjalani proses pernikahan yang berkah?” Felix Y Siauw dalam bukunya “udah putusin aja!” sih bilang kaya gitu.

Mungkin awal menemukan jodoh yang baik adalah dengan berniat memperbaiki diri. Dan semoga gue bertemu dengan seseorang yang akan selalu membawa gue dalam kebaikan. Mengingatkan dan membimbing gue dalam kebaikan. Memang saat ini gue hidup dengan impian gue, pangeran kuharap kau juga hidup dengan mimpimu. Meskipun mimpi kita mungkin berbeda kuharap muara kita sama.