Selasa, 23 Juni 2015

Malu sama kucing, meong meong meong


Setiap orang pasti punya rasa takut akan sesuatu. Selain takut dengan air dan ketinggian gue begitu takut dengan suara-suara. Yapz, makannya gue males kalo liat film horror terutama di bioskop. Sebisa mungkin gue membenci dengan sangat yang namanya film horror. Gue sih sebenernya mau mau aja liat film horror asal nontonnya di computer dan tanpa suara. Kalo di kostan pas kepaksa liat film horror sama temen-temen yang gue tutupin telinga gue bukan mat ague. Hahaha, ups!
Oke, lupakan soal film horror. Sekarang, gue mau cerita soal kucing yang ada di rumah gue. Kucing dengan bulu kecoklatan dengan garis-garis putih. Dia sama seperti kucing kampong pada umumnya, nggak ada yang special.
Gue nggak begitu suka sama binatang. Gue cenderung manusia yang nggak punya peri kehewanan, begitulah gue. Hewan apapun hamper semuanya nggak memiliki daya tarik yang membuat gue tertarik ke mereka. Saat di sawah ketika gue ngebantuin babeh gue paling males kalo harus berpapasan sama yang namanya ulet, oter, kodok, kadal, de el el. Ihh gue benci banget sama mereka. Salah mereka apa coba? Hingga gue membenci mereka.
Nggak ada, kesalahan ada di gue. Karena gue benci sama mereka. Maaf. HAHAHAHA *evil laugh*
Kembali ke kucing yang ada di rumah gue. Gue udah mulai tertarik sama kucing. Kucing pertama yang membuat gue jatuh cinta adalah ini..
Ini kucing ‘temen’ gue. Setiap gue main kerumahnya si kucing berkeliaran kemana-mana. Tebar pesona gitu sama gue dan ganjen banget kucingnya sumpah. Lama-lama hati gue luluh juga dan pada saat itulah gue mulai suka sama yang namanya kucing. Meski kadar rasa suka gue baru sedikit.
Gue juga ada kucing yang sering main kerumah gue. Kucing itu mulai mendekati gue dan merayu-rayu gue untuk dikasih makan. Karena sedikit rasa suka terhadap kucing mulai muncul, gue jadi sering main sama dia, manjain dia, usap-usap kepalanya. Kaya gitu deh, tapi sekarrang gue membenci kucing yang ada di rumah gue. Kenapa?
Karena sekarang dia udah mulai berisik, cerewaet banget. Kayaknya itu kucing lebih cerewet dari gue. Kini dia tengah hamil tua. Gue nggak tau kucing yang mana yang berani-beraninya menghamili kucing yang ada di rumah gue. *gue gak sempet observasi*
Padahal ya, gue udah menaruh hati sama kucing itu. Tapi kucing itu mengecewakan gue dan kebencian gue terhadap binatang mulai muncul setelah sekian lama gue tahan demi itu kucing.
Bagaimana gue nggak kecewa. Sekarang dia tengah hamil tua men. Bukan Cuma itu DIA MULAI REWEL dan makin meresahkan. Dia nggak pernah bosen ngebuntuti gue, ngajak bercanda gue, kadang sok sok tebar pesona gitu ke gue. “heh kucing, gue udah ilfil sama loe!!” kata gue ke kucing itu pada waktu itu.
Dan kalian tau apa reaksinya? Dia malah semakin manja-manja ke gue. Aaaarrrrgg!!! Nggak sadar banget itu kucing. Nggak paham paham juga apa kalo sekarang gue benci sama dia.
Sebenernya bukan karena dia hamil gue membenci itu kucing. Alas an utamanya karena suara-suara yang udah mulai dia timbulkan. Suaranya menghantui dan mengusik ketenangan gue. Suaranya sering kedengeran seperti perempuan yang sedang nangis, kadang kaya bayi yang kesakitan, dan suara-suara itu kenapa harus muncul pada malam hari? Gue jadi nggak bisa itu gara-gara kucing itu. Kucing it uterus berbicara dengan bahasanya yang sampai sekarang gue nggak bisa memahami bahasa dia.
Setiap malam, selalu sehabis maghrib dia udah mulai cerewet. Gue masih bisa memaklumi mungkin dia lapar, gue kasih ikan asin. Kurang baik apalagi cob ague? Sampai-sampai dia tega terus menerus mengganggu kehidupan gue *ngalay dikit*
Dia membuntuti gue terus menerus. Gue masuk kamar dan gue kuci pintu. Didepan kamar gue ada peringatan buat kucing itu “KUCING DILARANG MASUK!!!!!” tanda serunay ada lima biar dia paham! Sekitar setengah sembilanan kucing itu mulai lagi dengan ocehan dan rintihannya yang membuat gue takut. Sumpah, gue takut banget.
Gue teriak-teriak tapi kucing itu nggak mendengar teriakan gue. Setiap gue pengen memejamkan mat ague jadi memutar music dengan volume yang begitu keras. Babeh sama mama nggak protes karena mereka mengerti bagaimana perasaan gue.
Seandainya kucing itu tak punya erangan yang menakutkan..
Seandainya kucing itu tak punya rintihan yang menakutkan..
Seandainya kucing itu tak punya ocehan-ocehan yang menakutkan..
Mungkin..
Mungkin sampai saat ini gue masih bisa menyayangi dia, bercanda, memanjakannya seperti dulu. Setelah dia hamil tua ternyata dia berubah tidak seperti kucing yang dulu. Kucing oh kucing, kembalilah jadi kucing yang dulu gue kenal. Jadilah kucing yang lucu seperti dulu. Dan berhentilah menakutiku dan berhentilah membuatku takut. Aku merindukan kamu yang dulu cing. Kucing oh kucing.
Ini foto terbaru si kucing yang perutnya membesar. Dia sedang hamil tua yang setiap malam membuat gue ketakutan. Diluar semua rasa takut gue sebenernya gue sayang sama kucing itu. 
dia buluk bange, entah kucing siapa itu tapi dia suka ngecengein gue dirumah. semoga dia cepat melahirkan anak yang lucu-lucu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar