Rabu, 04 Maret 2015

MOHAMMAD ABDUH DAN USAHA PEMBAHARUAN PENDIDIKAN DI MESIR

MOHAMMAD ABDUH  DAN USAHA PEMBAHARUAN PENDIDIKAN DI MESIR



Makalah Ini Dibuat Guna Memenuhi Tugas Terstruktur
Mata Kuliah                : Sejarah Pendidikan Islam
Dosen Pengampu        : Dra. Hj. Mahmudah, M. Pd. I
Oleh :
Apriati Rosita              (1123305003)
Wantia Khikmah       ( 1123305005)
Ruswati                      ( 1123305031)
TARBIYAH / 4 PGMI-A
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI PURWOKERTO
TAHUN 2013



A.    PENDAHULUAN
Muhammad Abduh termasuk salah satu pembaharu agama dan sosial di Mesir pada abad ke-20 yang pengaruhnya sangat besar di dunia Islam. Dialah penganjar yang sukses dalam membuka pintu ijtihad untuk menyesuaikan Islam dengan tuntutan zaman modern.
Di dunia Islam
ia terkenal dengan pembaharuannya di bidang keagamaan, dialah yang menyerukan umat Islam untuk kembali kepada Al Quran dan Assunnah as Sahihah. Ia juga terkenal dengan pembaharuannya dibidang pergerakan politik.
Di samping ia dikenal sebagai pembaharu dibidang keagamaan dan pergerakan (politik), Ia juga sebagai pembaharu dibidang pendidikan Isalam, dimana Ia pernah menjabat Syekh atau rektor Universitas AlAzhar di Cairo Mesir. Pada masa menjabat rektor inilah Ia mengadakan pembaharuan-pembaharuan di Universitas tersebut,yang pengaruhnya sangat luas di dunia Islam. Dan usaha–usaha pembaharuan inilah yang akan dibahas dalam makalah.

B.    BIOGRAFI MUHAMMAD ABDUH
Muhammad Abduh lahir pada tahun 1848 M/ 1265 H di sebuah desa di Propinsi Gharbiyyah Mesir Hilir. Ayahnya bernama Muhammad ‘Abduh ibn Hasan Khairullah. Abduh lahir di lingkungan keluarga petani yang hidup sederhana, taat dan cinta ilmu pengetahuan.
Masa pendidikannya dimulai dengan pelajaran dasar membaca dan menulis yang didapatnya dari orang tuanya. Kemudian sebagai pelajaran lanjutan ia belajar Qur’an pada seorang hafid. Dalam masa waktu dua tahun ia telah menjadi seorang yang hafal al-Qur’an. Pendidikan selanjutnya ditempuhnya di Thanta, sebuah lembaga pendidikan mesjid Ahmadi.
Di tempat ini ia mengikuti pelajaran yang diberikan dengan rasa tidak puas, bahkan membawanya pada rasa putus asa untuk mendapatkan ilmu. Ia tidak puas dengan metode pengajaran yang diterapkan yang mementingkan hafalan tanpa pengertian, bahkan ia berpikir lebih baik tidak belajar dari pada menghabiskan waktu menghafal istilah-istilah nahwu dan fiqih yang tidak dipahaminya, sehingga ia kembali ke Mahallaj Nashr (kampungnya) dan hidup sebagai petani serta melangsungkan pernikahan dalam usia 16 tahun.[1]
Tidak lama kemudian, ia kembali ke Tanta setelah mendapat nasihat dari pamanya  Syekh Darwis seorang penganut tarekat Sanusiyah. Setelah menyelesaikan studi di Tanta,  pada tahun 1866 Muhammad Abduh melanjutkan studinya di Al-Azhar dan selesai pada tahun 1877 dengan mencapai gelar Alim.
Setelah tamat dari Al-Azhar, Muhammad Abduh kemudian  mengajar di almamaternya dan Darul Ulum, disamping mengajar di rumahnya. Di antara buku  yang diajarkannya adalah buku akhlak karangan Ibnu Maskawih, buku Muqaddimah karangan Ibnu Khaldun dan sejarah kebudayaan Eropa karangan  Guizote yang diterjemahkan oleh Al-Thanthawi.[2]
Mohammad Abduh jatuh sakit dan meninggal pada 8 Jumadil awal 1323 H/ 11 Juli 1905, jenazah Muhammad Abduh dikebumikan di Kairo (Pemakaman Negara).[3]

C.     Sejarah Perjuangan dan Kehidupan Politik.
Setelah Abduh menyelesaikan studinya di al Azhar pada tahun 1877, atas usaha Perdana Menteri Mesir, Riadl Pasya, ia di angkat menjadi dosen pada Universitas Darul Ulum dan Universitas al Azhar. Dalam memangku jabatannya itu, ia terus mengadakan perubahan-perubahan yang radikal. Dia menggugat model lama dalam bidang pengajaran dan dalam memahami dasar-dasar keagamaan sebagaimana yang dialaminya sewaktu belajar di masjid Al-Ahmadi dan di Al-Azhar. Dia menghendaki adanya sistim pendidikan yang mendorong tumbuhnya kebebasan berpikir, menyerap ilmu-ilmu modern dan membuang cara-cara lama yang kolot. Sebagai murid Jamaluddin Al-Afghani, maka pikiran politiknya pun sangat dekat dengannya. Al-Afghany adalah seorang revolusioner yang secara serius memandang penting bangkitnya bangsa-bangsa timur guna melawan dominasi Barat.
Pada tahun 1879, pemerintahan Mesir berganti dengan turunnya Chedive Ismail dan digantikan puteranya, Taufiq Pasya. Pemerintahan yang baru ini sangat kolot dan reaksioner sehingga berdampak pada dipecatnya Abduh dari jabatannya dan diusirnya Al Afghany dari Mesir. Tetapi pada tahun berikutnya Abduh kembali mendapatkan tugas dari pemerintah untuk memimpin penerbitan majalah "al Wakai' al Mishriyah". Kesempatan ini dimanfaatkan Abduh untuk menuangkan isi hatinya dalam bentuk artikel-artikel serta pemerintah tentang nasib rakyat, pendidikan dan pengajaran di Mesir.
Pada tahun 1882, Abduh dibuang ke Syiria (Beirut) karena dianggap ikut andil dalam pemberontakan yang terjadi di Mesir pada saat itu. Disini ia mendapat kesempatan untuk mengajar di Universitas Sulthaniyah selama kurang lebih satu tahun.
Pada permulaan tahun 1884, Abduh pergi ke Paris atas panggilan Al Afghany yang pada waktu itu telah berada di sana. Bersama Al Afghany, disusunlah sebuah gerakan untuk memberikan kesadaran kepada seluruh umat Islam yang bernama "al 'Urwatul Wutsqa". Untuk mencapai cita-cita gerakan tersebut, diterbitkanlah pula sebuah majalah yang juga diberi nama "al 'Urwatul Wutsqa". Suara kebebasan yang ditiupkan Al Afghany dan Abduh melalui majalah ini menggema ke seluruh dunia dan memberikan pengaruh yang cukup kuat terhadap kebangkitan umat Islam. Dalam waktu yang sangat singkat, kaum imperialis merasa khawatir atas gerakan ini dan akhirnya pemerintah Inggris melarang majalah tersebut masuk ke wilayah Mesir dan India.
Pada akhir tahun 1884, setelah majalah tersebut terbit pada edisi ke-18, pemerintah Perancis melarang diterbitkannya kembali majalah 'Urwatul Wutsqa. Kemudian Abduh diperbolehkan kembali ke Mesir dan al Afghany melanjutkan pengembaraannya ke Eropa.
Setelah kembali ke Mesir, Abduh kembali diberi jabatan penting oleh pemerintah Mesir. Ia juga membuat perbaikan-perbaikan di Universitas Al-Azhar. Puncaknya, pada tanggal 3 Juni 1899, Abduh mendapatkan kepercayaan dari pemerintah Mesir untuk menduduki jabatan sebagai Mufti Mesir. Kesempatan ini dimanfaatkan Abduh untuk kembali berjuang meniupkan ruh perubahan dan kebangkitan kepada umat Islam.[4]

D.   Ide-Ide Pembaharuan Muhammad Abduh[5]
Sebagai seorang pembaharu (modernis), ide dan pemikiran Abduh mencakup dalam berbagai bidang. Menurut Al-Bahiy, pemikiran Abduh meliputi Segi politik dan kebangsaan, social kemasyarakatan, pendidikan, serta akidah dan keyakinan. Walaupun pemikirannya mencakup berbagai segi, namun bila diteliti dalam menggagas ide-ide pembaharuannya, Abduh lebih menitikberatkan (concern) pada bidang pendidikan.
1.      Pembaharuan Di bidang Pendidikan
a.       Sistem dan Struktur Lembaga Pendidikan
Muhammad Abduh melihat bahwa semenjak kemunduran Islam, sistem pendidikan yang berlaku di seluruh dunia Islam umumnya dan di Al-Azhar khususnya lebih bercorak dualisme (artinya: pendidikan madrasah yang menolak pelajaran-pelajaran umum dan pendidikan modern berbasis barat yang tidak mengajarkan ilmu agama). Bila diteliti secara saksama, corak pendidikan yang demikian lebih banyak dampak negatifnya dalam dunia pendidikan. Abduh berusaha menghapus dikotomi ini.
Dengan melakukan lintas disiplin ilmu antar kurikulum madrasah dan sekolah, maka jurang pemisah antara golongan ulama dan ilmuwan modern akan dapat diperkecil. Pembaharuan pendidikan ini dilakukan dengan menata kembali struktur pendidikan di Al-Azhar, kemudian di sejumlah institusi pendidikan lain yang berada di Thanta, Dassuq, Dimyat dan Iskandariyah. Abduh
berharap, melalui upayanya melakukan pembaharuan di lembaga pendidikan Al-Azhar, maka pendidikan di dunia Islam akan mengikutinya. Sebab menurut pertimbangannya, Al-Azhar merupakan lambang dan panutan pendidikan Islam di Mesir secara khusus dan dunia Islam secara umum.
b.      Kurikulum
Ø Kurikulum Al-Azhar
Kurikulum perguruan tinggi Al-Azhar disesuaikannya dengan kebutuhan masyarakat pada masa itu. Dalam hal ini ia memasukkan ilmu filsafat, logika dan ilmu pengetahuan modern ke dalam kurikulum Al-Azhar. Upaya ini dilakukan agar out- putnya dapat menjadi ulama modern.
Ø Kurikulum Sekolah Dasar
Ia beranggapan bahwa dasar pembentukan jiwa agama hendaknya sudah dimulai semenjak masa kanak-kanak. Oleh karena itu, mata pelajaran agama hendaknya dijadikan sebagai inti semua mata pelajaran. Pandangan ini mengacu pada anggapan bahwa ajaran agama (Islam) merupakan dasar pembentukan jiwa dan pribadi muslim. Dengan memiliki jiwa keperibadian muslim, rakyat Mesir akan memiliki jiwa kebersamaan dan nasionalisme untuk dapat mengembangkan sikap hidup yang baik, sekaligus dapat meraih kemajuan.

Ø Kurikulum Sekolah Menengah dan Sekolah Kejuruaan
Ia mendirikan sekolah menengah pemerintahan untuk menghasilkan tenaga ahli dalam berbagai lapangan administrasi, militer, kesehatan, perindustrian dan sebagainya. Melalui lembaga pendidikan ini, Abduh merasa perlu untuk memasukkan beberapa materi, khususnya pendidikan agama, sejarah Islam, dan kebudayaan Islam. Dengan tujuan agar lahir tenaga-tenaga ahli yang berwawasan keagamaan.
Di madrasah-madrasah yang berada di bawah naungan Al-Azhar, Abduh mengajarkan Ilmu Mantiq, Falsafah dan Tauhid. Sedangkan selama ini Al-Azhar memandang Ilmu Mantiq dan Falsafah itu sebagai barang haram.
Ide-ide pembaharuan Muhammad Abduh di bidang pendidikan tidak berjalan mulus. Terutama usahanya untuk menghapuskan dikotomi antara pendidikan agama dan pendidikan umum, mendapat tantangan keras dari guru-guru besar di Al-Azhar. Mereka menganggap bahwa pendidikan agama-lah yang utama untuk dipelajari, sementara pendidikan umum itu haram dan tak layak untuk dipelajari.
2.      Pembaharuan di Bidang Sosial Keagamaan
Menurut Muhammad Abduh sebab yang membawa kemunduran umat Islam adalah faham jumud (beku, statis) yang terdapat di kalangan umat Islam. Karena faham jumud inilah umat Islam tidak mau berfikir dinamis untuk mencapai kemajuan. Karena umat Islam bersifat statis dan berbegang teguh pada tradisi, sehingga merasa tidak memerlukan perubahan. Untuk mencerahkan umat Islam
dari kejumudan itu, Muhammad Abduh menerbitkan majalah Al-Manar yang mana penerbitan majalah ini diteruskan oleh muridnya yaitu Rasyid Ridha yang kemudian menjadi Tafsir Al-Manar.
Pembaharuan Muhammad Abduh pada bidang keagamaan antara lain :
·         Umat Islam harus kembali kepada ajaran- ajaran Islam yang sesungguhnya (Al-Qur’an dan Sunnah) dan membersihkan segala macam bentuk bid’ah dan khurafat. Umat Islam harus berani membuka pintu ijtihad untuk menjawab berbagai persoalan yang dihadapi. Mereka harus melakukan interpretas ulang terhadap pendapat-pendapat ulama masa lalu. Pendapat ulama tidaklah mutlak benar dan mengikat.
Menurut Abduh ajaran Islam terbagi dua, yaitu masalah ibadah yang tidak banyak memerlukan ijtihad dan masalah muamalah (sosial kemasyarakatan) yang menjadi lapangan ijtihad. Untuk masalah yang kedua ini umat Islam tidak perlu mempertahankan pendapat ulama masa lalu, apabila tidak sesuai dengan kondisi sekarang. Pintu ijtihad harus dibuka seluas-luasnya terhadap masalah ini.
·         Akal mempunyai kedudukan yang sangat tinggi dalam agama Islam. “Agama adalah sejalan dengan akal dan tidak ada agama bagi orang yang tidak menggunakan akal”. Dari akal akan terungkap misteri alam semesta yang diciptakan Allah untuk kesejahteraan manusia itu sendiri. Hanya dengan ketinggian akal dan ilmu manusia mampu mendudukkan dirinya sebagai makhluk yang tunduk dan berbakti kepada sang pencipta.
·         Ajaran Islam sesuai dengan pengetahuan modern begitu pula ilmu pengetahuan modern pasti sesuai dengan ajaran Islam.
3.      Pembaharuan di Bidang Politik
Selain mengajar, Abduh juga aktif dalam gerakan politik. Ia membantu Jamaluddin Al-Afghani dalam menentang penguasa Khedevi Taufiq. Akibatnya, Abduh dibuang ke luar Kairo setelah sebelumnya pada tahun 1879 Jamaluddin Al-Afghani disusir dari Mesir. Namun setahun kemudian Abduh diizinkan kembali ke Kairo dan diangkat menjadi redaktur untuk surat kabar Al-Waqa’I
Al- Mishriyah. Abduh tidak hanya memuat berita-berita perkembangan terkini Mesir, tetapi juga artikel-artikel tentang sosial, politik, pendidikan, hukum, kebudayaan dan agama. Di
bawah kepemimpinan Abduh surat kabar ini sangat berpengaruh dalam membentuik opini publik, terutama semangat nasionalisme Mesir dan penentangan terhadap penguasaan Mesir atas Inggris. Selain itu, penguasa Mesir ketika itu sudah sangat jauh dalam kebijakan yang sangat pro-Inggris.
Kondisi demikian membangkitkan semangat nasionalisme Abduh untuk menanamkan kebenciannya pada Inggris. Ia ikut mendukung gerakan pemberontakan kaum nasionalis Mesir di bawah pimpinan Urabi Pasha. Namun pemberontakan ini gagal dan akibatnya Abduh diasingkan dari Mesir pada tahun 1882. Dalam keadaan demikian, Abduh memperoleh undangan dari Jamaluddin Al-Afghani untuk bergabung bersamanya di Paris.
Mereka menggerakkan umat Islam dunia dengan membentuk organisasi al-Urwah al-Wutsqa (tali yang kukuh), yang bertujuan menyatukan umat Islam melepaskan mereka dari perpecahan dan cengkraman bangsa-bangsa Barat. Organisasi ini juga menerbitkan jurnal dengan nama yang sama dengan organisasinya. Jurnal ini bertujuan menggerakkan umat Islam. Namun jurnal ini hanya bertahan delapan bulan dan organisasinyapun bubar. Ia kembali ke Beirut dan menjadi guru di sana. Selain itu ia juga menyampaikan berbagai ceramah. Salah satu hasil ceramanya di Beirut yang dibukukan adalah Risalah al- Tauhid.
Adapun ide-ide pembaruan Abduh di bidang politik antara lain sebagai berikut:
·      Dalam hal kekuasaan, Abduh memandang perlunya perubahan pemerintahan dari otoriter dan tidak dibatasi oleh peraturan perundang-undangan kepada pemerintahan yang konstitusional. Karena menurutnya, tanpa adanya konstitusi, maka akan timbul kesewenang-wenangan. Untuk itu Abduh menekankan perlunya lembaga perwakilan untuk mengontrol kekuasaan dengan memegang prinsip musyawarah yang dipandang dapat mewujudkan kehidupan politik yang demokratis.
·      Dalam program Partai Nasional Mesir yang dirumuskannya, ditegaskan bahwa Partai Nasional adalah partai politik, bukan partai agama. Yang mana keaggotaannya terdiri atas orang-orang dari berbagai kepercayaan dan mazhab, termasuk orang kristen dan yahudi. Partai ini didasarkan atas kesadaran bahwa semua orang Mesir itu saudara, dan hak-hak mereka dalam politik dan hukum sama.
·      Menurut Abduh, kepala negara adalah penguasa sipil yang diangkat dan diberhentikan oleh rakyat. Karena itu, Abduh menegaskan bahwa rakyat boleh menggulingkan penguasa bila ia bertindak tidak adil.

Dalam melakukan perbaikan Muhammad Abduh memandang bahwa suatu perbaikan tidaklah selamanya datang melalui revolusi atau cara serupa. Seperti halnya perubahan sesuatu secara cepat dan drastis. Akan tetapi juga dilakukan melalui perbaikan metode pemikiran pada umat islam melaui pendidikan, pembelajaran,dan perbaikan akhlaq. Juga dengan pembentukan masyarakat yang berbudaya dan berfikir yang bisa melakukan pembaharuan dalam agamanya. Sehingga dengannya akan tercipta rasa aman dan keteguhan dalam menjalankan agama islam. Muhammad Abduh menilai bahwa cara ini akan membutuhkan waktu lebih panjang dan lebih rumit. Akan tetapi memberikan dampak perbaikan yang lebih besar dibanding melalui politik dan perubahan secara besar-besaran dalam mewujudkan suatu kebangkitan dan kemajuan. Sebagaimana telah didefinisikan bahwa pembaharuan (tajdid) adalah kebangkitan dan penghidupan kembali dalam bidang keilmuan Islam dan aplikasi sebagaimana pada zaman Rasullullah dan para sahabat yang selama ini sempat hilang, terlupakan, bahkan terhapus dari umat Islam.
Sebagaimana telah diungkapkan oleh Muhammad Abduh bahwa metodenya dalam perbaikan adalah jalan tengah. Dalam hal ini beliau membagi umat Islam kepada 2 bagian yaitu:
1.      Mereka yang condong kepada ilmu-ilmu agama dan apa yang berhubungan dengan itu semua. Mereka itu yang biasa disebut al-muqallid.
2.       Mereka yang condong pada ilmu-ilmu dunia. Yang silau dan kagum akan barat serta berbagai disiplin ilmu yang dimiliki,dan kemajuannya dalam bidang materi.
Metode dalam pembaharuan yang digunakan oleh Muhammad Abduh adalah mengambil jalan tengah antara kedua kelompok di atas. Menyeimbangkan antara kedua jalan tersebut yaitu antara kelompok yang berpegang teguh pada kejumudan taqlid dan mereka yang berlebihan dalam mengikuti barat baik itu pada budaya dan disiplin ilmu yang mereka miliki. Sebagaimana yang diungkapan oleh Muhammad Abduh dalam metode pembaharuannya: “sesungguhnya aku menyeru kepada kebebasan berfikir dari ikatan belenggu taqlid dan memahami agama sebagaimana salaful ummat terdahulu”. Yang dimaksud dengan salaful umat di sini adalah kembali kepada sumber-sumber yang asli yaitu al-Qur’an dan al-Hadist sebagaimana yang dipraktikkan oleh para salafus shaleh terdahulu.[6]

PENUTUP

            Sebagai seorang pembaharu (modernis), ide dan pemikiran Abduh mencakup dalam berbagai bidang. Pemikiran Abduh meliputi segi politik dan kebangsaan, social kemasyarakatan, pendidikan, serta akidah dan keyakinan. Walaupun pemikirannya mencakup berbagai segi, namun bila diteliti dalam menggagas ide-ide pembaharuannya, Abduh lebih menitikberatkan pada bidang pendidikan.
Pembaharuan Di bidang Pendidikan, antara lain:
§  Sistem dan Struktur Lembaga Pendidikan
§  Kurikulum
Pembaharuan di Bidang Sosial Keagamaan,antara lain:
§  Umat Islam harus kembali kepada ajaran- ajaran Islam yang sesungguhnya (Al-Qur’an dan Sunnah) dan membersihkan segala macam bentuk bid’ah dan khurafat.
§  Akal mempunyai kedudukan yang sangat tinggi dalam agama Islam.
§  Ajaran Islam sesuai dengan pengetahuan modern begitu pula ilmu pengetahuan modern pasti sesuai dengan ajaran Islam.
Pembaharuan di Bidang Politik, antara lain:
§  Dalam hal kekuasaan  perlunya perubahan pemerintahan dari otoriter dan tidak dibatasi oleh peraturan perundang-undangan kepada pemerintahan yang konstitusional.
§  Dalam program Partai Nasional Mesir yang dirumuskannya, ditegaskan bahwa Partai Nasional adalah partai politik, bukan partai agama.
§  Kepala negara adalah penguasa sipil yang diangkat dan diberhentikan oleh rakyat

DAFTAR PUSTAKA

http://kabarwashliyah.com/2013/03/31/inovasi-pendidikan-islam-muhammad-abduh/#sthash.GtZou7gH.dpuf
http://makalahmajannaii.blogspot.com/2012/06/muhammad-abduh-usaha-pembaharuan.html  
http://mahmued123.blogspot.com/2011/03/pemikiran-mohammad-abduh-dalam.html 



[1] http://makalahmajannaii.blogspot.com/2012/06/muhammad-abduh-usaha-pembaharuan.html di akses pada  senin jam 12.42

[2] http://mahmued123.blogspot.com/2011/03/pemikiran-mohammad-abduh-dalam.html di akses pd senin ,jam 12.44
[3] http://makalahmajannaii.blogspot.com/2012/06/muhammad-abduh-usaha-pembaharuan.html di akses pada  senin jam 12.42

[4] http://mahmued123.blogspot.com/2011/03/pemikiran-mohammad-abduh-dalam.html di akses pd senin ,jam 12.44
[5] http://kabarwashliyah.com/2013/03/31/inovasi-pendidikan-islam-muhammad-abduh/#sthash.GtZou7gH.dpuf di akses pada senin jam 13.12

[6]  http://mahmued123.blogspot.com/2011/03/pemikiran-mohammad-abduh-dalam.html di akses pd senin ,jam 12.44

1 komentar: