Minggu, 19 Mei 2013

sepasang mata yang sama


Gerimis sore ini mengingatkan tasya pada kekasihnya yang kini berada di alam lain, dunia yang tak bisa tasya lihat. Tasya kembali melamun, lamunan akan sesosok pria yang pernah mengisi hari-harinya.
            “ miku, aku takut” ucap angga sedikit manja
            Angga begitu takut akan hujan. Karena hujan, adik kembarannya mati tertabrak mobil tepat dihadapannya. Karena hujan ia tak bisa lagi melihat saudara kembarnya. Hujan tak mampu berkata-kata hingga membiarkan angga hidup dalam ketakutan.
            “ayo pulang!” sapa aldi membuyarkan lamunannya
            Tasya hanya tersenyum. Sekilas ia melirik aldi, matanya sama dengan angga. Mata yang bisa membuatnya nyaman. Mata yang selalu teduh dan menyejukkan.
            Aldi adalah teman kuliah tasya, aldi anak yang lumayan pinter dan terlihat aktif saat dikelas. Wajahnya memang tidak begitu tampan, tapi orangnya dikenal baik hati dan malu-malu.
            Setiap melihat matanya, tasya takut. Takut akan suka kepadanya. Matanya sama persis dengan orang yang paling tasya sayang dalam hidupnya. Mata yang bisa membuat tasya tergoda dan luluh.
***
            Nyanyian senja masih menerbangkan butiran-butiran debu sore hari. Cahayanya mulai redup dan menjelma masuk menjadi malam. Gelap seperti warna dihidupnya. Perasaan kehilangan, kehilangan seseorang yang mengajarinya tentang warna-warna kehidupan, seorang pria bernama angga. Angga satrio wilopo yang meninggalkan dunia karena terkena penyakit kanker pankreas yang harus menghilang meninggalkan tasya.
            Luka terindah yang masih menancap dihati perlahan mulai menyamar, walaupun dunianya penuh dengan warna-warna gelap, warna terang hilang begitu saja bersama hilangnya angga.
            Dan kini saat tasya melihat teman sekelasnya yang matanya sama dengan angga, warna-warna terang mulai tumbuh kembali.
            “apa aldi sudah punya sandaran saat dia gelisah?” gumam tasya lirih sambil memandang bulan yang terlihat separo.
            Memang aldi bukanlah angga , bukan orang yang tasya kenal. Bukan orang yang tasya sayang. Bukan orang yang tasya kagumi, bukan orang yang mencintai tasya apa adanya, bukan orang yang melindungi tasya dengan segenap hati. Dan aldi jelas bukan angga, bukan !
            Tapi kenapa matanya harus sama. Apa aldi yang dikirim angga agar mengembalikan warna dalam hidup tasya. Mungkinkah aldi diciptakan untuk tasya sebagai pengganti angga, ataukah aldi yang ditugaskan angga untuk melindungi tasya. Aish lagi-lagi semua ini hanyalah teori indah dalam khayalan seorang gadis yang kehilangan orang yang berarti dalam hidupnya, angga.
***
            Udara yang begitu panas masuk melalui celah-celah jendela. Cuaca tak begitu bersahabat hingga menerobos menembus pori-pori. Memori-memori masa lalu berjalan pelan dipapan tulis, melambai-lambai menyapa tasya, dia merasa begitu gerah. Jam tangan yang melingkar ditangan kanannya berputar begitu lambat seperti siput.
            Tasya sedikit gelisah. GILA, laki-laki yang duduk disebelahnya membuat tasya deg-degan. Ia masih memperlakukan dan menganggap aldi sebagai angga. Tasya masih belum bisa membedakan mana kenyataan dan mana yang impian.
            Tanpa sadar, sedari tadi aldi setia memperhatikan tingkah tasya yg gelisah. Setelah sekian lama tasya tersadar, tasya merasa malu. Aish lagi lagi malu, atau lebih tepatnya perasaan khas seorang perempuan, entah apa itu namanya.
            “lagi nulis apaan?” tanya aldi memecah kekakuan
            “enggak” saut tasya singkat
            “boleh aku baca?” tambah aldi sambil mengintip tulisan tasya
            “hehe..boleh, silahkan!”
            Tasya merasa sedikit aneh saat menyerahkan bukunya pada aldi. Aldi begitu antusias membacanya, lalu kemudian memandang tasya lekat-lekat.
            “siapa memangnya?” tanya aldi terlihat serius
            “kamu” sergah tasya kembali menatap mata aldi, kemudian tersenyum
            “aku takut disaat memandang matamu” ungkap tasya tulus
            “banyak kok yang ngomong begitu” jawab aldi terkekeh
            “aku takut kalo nantinya aku suka sama kamu” batin tasya, tersenyum.

            Kemudian tasya berdiri dan berlalu dari aldi. Tasya takut berlama-lama dengan orang yang matanya sama dengan orang yang paling disayanginya. Jika semua hal yang ada di dunia ini mempunyai alasan, bagaimana mungkin ia tidak tau alasan kenapa hatinya berpacu lebih kencang dihadapan orang yang punya mata sama dengannya.
***
            Ditengah senja di dalam kamar tasya sedang berkhayal tentang mimpi-mimpi yang pernah ia bangun bersama angga, kekasihnya. Ketika ia sadar, takdir berkata lain. Tuhan bilang mereka tak jodoh. Sebelum benar-benar terlelap, cahaya lampu berhasil menangkap barisan puisi diatas kertas diary bersampul doraemon milik tasya.
Dikelas ini...
Aku menemukan sosokmu
Mata yang sama dengan punyamu
Aku takut saat melihatnya
Takut...
Tak bisa membedakan kalau dia bukan kamu
Kenapa harus sama?
Aku seperti melihatmu
Aku takut melihat matanya
Apa kamu datang kembali melalui sosoknya?
Mungkinkah...
***
Hari ini, entah karena apa tasya ingin berangkat ke kampus lebih pagi sebelum jam kuliah benar-benar dumulai.
            “sya..” sapa iska sambil melambaikan tangan
            Tasya membalas lambaian tangan temannya dan duduk mendekati iska. Kemudian keduanya asik berselancar di dunia maya.
            “eh, liat sya! Ini punya aldi kan?” tanya iska sambil menunjuk layar biru yang ada ditabletnya.
            “aku belum nge-add” jawab tasya datar
            “udah tau belum?” tanya iska sok serius
            “tentang apa?”
            “tentang kisah cintanya aldi, so sweet” jawabnya lagi terdengar polos
            Dada tasya menjadi sangat sesak saat mendengar iska bercerita. Air matanya perlahan jatuh menetes didalam hati, yang membuatnya merasa teramat sakit. Sekarang dia tau, perasaannya tak patut dan mungkin tak layak untuk direalisasikan. Aldi yang begitu setia dengan pujaan hatinya. Tasya harus segera tersadar dan menepis kalau pada kenyataannya aldi itu benar-benar bukan angga. Hati tasya merasa gundah, karena harus bertolak belakang dan tak bisa mengikuti apa kata hatinya.
            “aldi, tidakkah kamu ingin mengatakan sesuatu padaku?” ungkapnya dalam hati sambil berlalu ngloyor meninggalkan iska.
            Sesaat jantungnya berdebar, hampir ia tak dapat menguasai perasaan yang sudah tak pantas tasya harapkan. Selaput bening mulai terlihat menggantung dipucuk bola matanya. Dan saat tasya menyadari perasaannya yang sesungguhnya, tetap saja aldi bukanlah angga. Ia masih berharap kalau sebenarnya aldi adalah sosok lain dari angga yang akan menyayanginya dengan tulus. Tapi, sayangnya kenyataan tak begitu. Perasaan kehilangan yang membuatnya merasa ikut menghilang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar