Rabu, 22 Mei 2013

Pare paparania


Berlia memanggil abang tukang siomay. Abang tukang siomay mendekati rumah berlia.
“bang, siomay ya bang sama pare lima ribu” kata berlia memesan.
“wah neng suka pare ya?” tanya abang tukang siomay
“enggak juga bang, kata ibu rasa pahityang ada dalam pare bermanfaat sebagai obat cacing bang” kata berlia meniru ucapan ibunya.
“wah benar sekali neng, selain itu bisa bermanfaat sebagai penambah naqfsu makan juga neng” kata abang tukang siomay
Berlia dan abang tukang siomay tertawa bersama
“sudah pernqah mendengar cerita pare paparania belum neng?”
“pare paparania? Berlia malahan baru mendengarnya bang. Ayo ceritakan bang” teriak berlia meminta
“dahulu kala di negeri pare, tinggalah pare perempuan bernama paprania. Dahuli pare rasanya manis tidak pahit seperti sekarang” ucap abang tukang siomay.
Berlia begitu bersemangat mendengarkan cerita abang tukang siomay.
“akan tetapi pare paparania dilahirkan aneh. Rasanya tidak manis tapi pahit. Akhirnya pare paparania dikucilkan dan diasingkan di tengah hutan”
“pare paparania merasa sedih. Semua pare dinegerinya membenci pare paparania”
Kasihan pare paprania ya bang?” ucap berlia memelas
“iya, akhirnya pare paparania pergi kedalam hutan meninggalkan negeri tercintanya” ulang abang tukang siomay.
“pada suatu hari,  putri raja pare mengalami penyakit aneh. Selain perutnya yang buncit akibat cacing, putri pare juga digigit oleh nyamuk malaria”
“lalu bagaimana selanjutnya bang?”
“lalu sang  raja pare memanggil tabib kerajaan. Sang tabib berpesan pada raja yang dapat menyembuhkan sang putri adalah sebuah pare yang rasanya pahit. Karena didalam rasa pahit yang ada didalam pare mengandung zat-zat yang ampuh membunuh racun-racun dalam tubuh. Terutama untuk obat cacing dan anti malaria” kata abang tukang siomay
“pada akhirnya pare paparania terkenal, hingga sekarang orang-orang suka memakan pare yang rasanya pahit karena banyak khasiatnya”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar