Minggu, 19 Mei 2013

lelaki pencuri mimpi


Aku lari terkakung-kakung, keringat dingin menetes melintasi pipiku. Jantungku berdebar cepat mengikuti cepatnya ayunan langkah kakiku. Hawa panas bercampur bau matahari menambah tegang suasana. Daun-daun yang diterpa angin serasa mengejek menertawakan keadaanku saat ini, semut-semut yang berjalan diatas tiang-tiang besipun ikut mengumpat meledek padaku. Entah sudah berapa lama aku membiarkan sahabatku menunggu terlalu lama.
“ngapain aja sih, lama banget” sergap via, sahabatku.
Kujelaskan alasan keterlambatanku, walau dia sedikit murung. Tapi kemudian dia tersenyum dan memaafkanku. Hari ini via berulang tahun, umurnya sudah 25 tahun, persis seperti aku dan lelaki itu.
Lelaki yang telah menarik hatiku, lelaki bermata indah dengan kacamata yang membuatnya semakin unik. Lelaki berkulit hitam yang begitu baik padaku. Lelaki itu adlah temanku, teman sekelasku. Dulu, waktu aku masih berseragam putih abu-abu. Namanya arfi, begitu teman-teman memanggilnya. Menurut hasil penelitian dan pengamatan sahabatku, arfi adalah anak orang kaya, terhormat dan berstrata tinggi. Dia masih ada keturunan orang alim, dari hasil sementara yang diperoleh mbahnya adalah salah satu pengasuh pondok pesantren di lirboyo, kediri. Tapi yang ku ketahui dia anak yang nakal, suka kluyuran dan klayaban, suka pulang pagi dan hidupnya ngalor ngidul nggak jelas.
Tapi entah magnet apa yang bersemayam dalam tubuhnya, hingga aku begitu jatuh hati padanya. Aih, lagi lagi masalah cinta tak dapat dinalarkan. Aku tak mengerti alasan aku menyukainya, bahkan seluruh duniapun tahu dia sering kali dijadikan contoh oleh guru dan teman-temannya, contoh yang buruk.
Bagiku, ucapannya kala itu hanya gurauan anak SMA yng tak bisa dipercaya. Aku begitu merindukan sosoknya. Sekarang, dia seperti ditelan bumi tak ada kabar sama sekali. Dulu kami sempat akrab dan terbiasa sms-an kaetika malam mulai menyapa.
Aku tak begitu mengerti asal muasalnya, tapi kebiasaannya adalah mengirimiku sms ketika tengah malam, saat aku mulai terkantuk-kantuk. Walau begitu aku tetap setia membalas sms-smsnya. Hingga suatu malam kami bahkan sempat bersms ria sampai jam tiga dini hari, tepat sepertiga malam. Saat aku hendak melaksanakan salat tahajud, bukti cintaku pada maha pembuat cinta. Akupun berdo’a dan berharap bisa menggelar sajadah bersama lelaki itu, lelaki berkamacata yang berkulit hitam. Lelaki bernama lengkap alwan daniel arfiansyah. Walaupun dia nakal atau apalah istilah yang tepat untuknya, aku maish saja tak dapat membencinya dan melupakannya sampai sekarang.
Terkadang sahabatku sendiri, via acapkali menganggapku gila dan bodoh.
“kau cantik, baik, sopan, sholehah. Lelaki mana yang tidak mau denganmu? Eh kamu malah kepincut sama cowok nggak bener model arfi” kata via menasehatiku waktu itu
“tuhan lebih tau dariku” jawabku selalu begitu, bahkan mungkin via sampai bosen mendengarnya.
Via begitu karena via menyayangiku dan masih tetap menganggapku sahabatnya. Bahkan dia selalu berharap semoga suatu saat arfi juga akan mencintaiku seperti aku mencintainya, cinta yang tumbuh karena Allah. Sepertinya begitu, kuharap cintaku pada lelaki  berkacamata itu bukan cinta karena nafsu.  Dan semoga cintaku pada lelaki berkulit hitam itu bukan cinta semu. Biarpun begitu, aku akan tetap menjaga perasaanku, aku akan tetap mencintainya walau hanya dalam diamku. Aku sangat ingin menjaga cinta suci yang tuhan titipkan dihatiku sampai saatnya nanti, sampai halalku bersamanya. Jika tuhan mengijinkan.
Setiap hari aku tak lupa berdo’a seusai sujudku. Kupanjatkan rangkaian kata-kata kepada  pengusa alam semesta, maha pembuat cinta. Aku sangat ingin tuhan membimbing lelaki nakal yang kucintai dalam diamku itu, aku ingin dia menjadi pembimbingku dan contoh bagi anak-anakku kelak. Semoga dia bisa menjadi suami yang bisa menyejukan hati istrinya dengan agamanya. Setiap hari, tak lupa rentetan kalimat-kalimat itu kubaca sesudah melaksanakan bukti cintaku pada maha pembuat cinta yang telah menyelipkan rasa dihatiku.
***
Selimut hitam berhias cahaya bintak dan rembulan yang muncul separo menemani malamku, diberanda dapan rumahku. Bunyi jangkrik terdengar mesra ditelingaku, gemericik air dikolam ikan sebelah tanaman mawarku menambah nikmat alunan yang bersautan dengan semilir angin malam, beradu dengan lamunanku. Tentang lelaki berkacamata itu, lelaki yang selalu ,encuri malamuku, mengambil jatah mimpiku. Sampai detik ini masih ada tanda tanya besar yang selalu mengganggu waktuku. Kenapa aku bisa mencintai lelaki seperti itu, lelaki nakal, apa aku tak begitu pantas mendapatkan lelaki baik-baik? Kenapa harus lelaki seperti itu yang kucintai, lelaki yang selalu menjajakan cinta pada setiap permpuan. Apa aku tak pantas mendapatkan lelaki yang selalu istiqomah menjaga hatinya?
Astagfirullah, segera kutampik lamunan burukku. Semua pasti  ada alasannya, walau aku tak pernah tau itu apa. Tuhan jauh lebih tau dariku. Mungkin saja lelaki pencuri mimpiku ini belum bermetamorfosis secara sempurnna. Masih belum menemukan jati dirinya dan masih terombang-ambing kesana kemari mengikuti arus keegisan dunia. Dan tetap saja aku masih berharap padanya, dan menggantungkan harapanku pada maha pembuat cinta.
***
            Sore ini, saat senja belum mau menampakkan keindahannya, mutiara bening dari atas langit yang jatuh melalui ember-ember raksasa perlahan muli mengguyur kawasan rumahku. Menyegarka mawar-mawar yang lupa kurawat. Menikmati setiap tetes air yang jatuh diatas kerikil-kerikil kecil ditaman. Derasnya air membuat mataku buram ketika ada sebuah mobil mercy warna hitam memasuki halaman rumah. Sosok yang tak lagi asing bagiku keluar dari dalm mobil yang kini sudah basar terkena air hujan, lelaki itu....
            Iya, lelaki cinta pertamaku. Lelaki pencuri mimpiku. Betul sekali, lelaki berkulit hitam yang memakai kacamata itu mendekati dan menghampiriku. Aku kaget dan segera berdiri sambil menyungging senyum paling bahagia. Langkahnya semakin mendekatiku. Kini lelaki itu terlihat bijaksana tdak sepeti dulu, saat masih menikmati masa sekolah dulu. Ia mengedipkan mata menggodaku, sekarang dia sudah bekerja, hidupnya tak sesemrawut dulu. Kini dia sudah menjadi lelaki yang mampu bertanggung jawab.
            Lelaki itu menguluk salam dan kubalas dengan manja. Kini dia sudah menjadi lelaki yang taat menjalankan perintah tuhannya. Tak senakal dulu, yang selalu hura-hura. Ia mengulurkan tangan, menjabat tanganku. Aku menyalaminya dan ku kecup tagan hitamnya.
            Sekarang aku semakin mencintai lelaki pencuri malamku yang kini berdir dihadapanku. Dia menarik tanganku, seperti saat adegan-adegan film romantis yang dulu pernha kutonton bersama via, sahabat karibku. Lalu dia memeluk dan mendekapku erat penuh cinta. Dia mengecup keningku dan berucap lirih
            “istriku, ayo masuk! Hujan sedan berpihak pada kita. Kasur empuk sedang menanti kita didalam.” Katanya sambil menggandeng tanganku dan masuk kedalam istana yang dia bangun untukku.
Sampai saat ini, dulu, dan seterusnya aku akan mencintai suamiku karena-Nya. Maha pembuat cinta yang menyelipkan rasa padaku dan lelaki berkacamata yang sekarang menjadi suamiku. Terimakasih tuhan telah membimbing dia untukku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar