PENGARUH KRISIS AIR DAN PANGAN
TERHADAP
PENDIDIKAN
Disusundan
Diajukan Guna Memenuhi Tugas Terstruktur
Mata
Kuliah : Pendidikan Global
Dosen
Pengampu : Dr. Fauzi, M. Ag
Disusun
Oleh :
Ruswati
(1123305031)
Tarbiyah
6 PGMI-A
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN)
PURWOKERTO
2014
A. Pendahuluan
Pangan telah menjadi kebutuhan primer manusia yang
harus dipenuhi sebelum memenuhi kebutuhan hidup lainnya seperti sandang, papan
dan pendidikan, begitupun juga dengan air sangat berpengaruh terhadap segala
urusan manusia.
Air dan pangan merupakan bagian dari proses
lingkungan hidup yang amat berpengaruh. Sudah umum diketahui bahwa isu
lingkungan hidup merupakan salah satu isu global selain demokrasi dan hak asasi
manusia. Sejak akhir tahun 70-an, lingkungan hidup menjadi sebuah agenda
politik, ekonomi, dan bisnis global.
Lingkungan hidup amat berpengaruh terhadap
pendidikan, begitupun pendidikan akan mempengaruhi lingkungan hidup. Keduanya akan
saling mempengaruhi kehidupan manusia.
B. Pembahasan
1.
Krisis air dan pangan
1.1 Krisis
Air
Air bersih merupakan kebutuhan vital setiap manusia
sehingga ketersediaan air bersih menentukan derajat kesehatan dan kesejahteraan
hidup masyarakat. Pada kenyataannya, keterbatasan penyediaan air bersih erat
kaitannya dengan penyebab kemiskinan, karena kemiskinan juga disebabkan oleh
masalah kesehatan.[1]
Kajian global kondisi air di dunia yang disampaikan
pada World Water Forum II di Denhaag tahun 2000, memproyeksikan bahwa
pada tahun 2025 akan terjadi krisis air di beberapa negara. Meskipun Indonesia
termasuk 10 negara kaya air namun krisis air diperkirakan juga akan terjadi,
sebagai akibat dari kesalahan pengelolaan air yang tercermin dari tingkat
pencemaran air yang tinggi, pemakaian air yang tidak efisien, fluktuasi debit
air sungai yang sangat besar, kelembagaan yang masih lemah dan peraturan
perundang-undangan yang tidak memadai.
Dengan semakin meningkatnya
kebutuhan air dan terjadinya kelangkaan ketersediaan air, orang mulai
terpancing untuk berpikir dan memandang air sebagai barang ekonomi (economic
goods). Kelangkaan air dianggap
sebagai peluang ekonomi. Buat mereka, kelangkaan air harus diatasi dengan
efisiensi pemakaian, yang ditindaklanjuti dengan pembatasan pemakaian air
dengan cara menaikkan nilai ekonomi air sehingga orang akan berhati-hati
memakai air karena mahal. Saat sebagian orang tertarik untuk menjual air
langsung sebagai barang komoditi, beberapa pemakai air lainnya mulai terganggu,
karena bagi budidaya pertanian, ketersediaan air akan dapat menunjang peningkatan
produksi pangan, peningkatan pendapatan petani, lapangan pekerjaan dan
ketahanan pangan.[2]
Akibat serius dari semakin meningkatnya krisis air adalah di sektor pangan.
Data menunjukkan bahwa sekitar 70%-80% kebutuhan air tawar adalah untuk
memenuhi keperluan pertanian. Sedangkan sisanya untuk kebutuhan industri dan
rumah tangga. Mengingat tingginya prosentase penggunaan air untuk memproduksi
pangan, maka krisis air dipastikan akan berdampak serius pada ketersediaan
pangan.[3]
1.2 Krisis
Pangan
Teori
ini menuding bahwa tekanan pertambahan penduduk menjadi penyebab utama akan
terjadinya krisis pangan dunia. Sebagai contoh, Rusia mengalami kekeringan
hebat beberapa waktu lalu sehingga kemampuan produksi pangannya menurun tajam.
Bahkan negara itu terpaksa menutup ekspor komoditas pertaniannya guna memenuhi
kebutuhan pangan dalam negerinya. Sebaliknya Thailand belum lama ini mengalami
banjir besar yang menurunkan produksi pangannya.. Demikian juga China mengalami
bencana banjir yang menggagalkan produksi pangan beberapa tahun lalu. Masih
banyak data senada dengan ketiga negara tadi yang dampaknya mengganggu
keseimbangan supply dan demand pangan secara global. Krisis pangan
yang terjadi di beberapa belahan bumi ini bukan semata-mata disebabkan oleh tekanan
penduduk, tetapi oleh kelangkaan air dan perubahan iklim.[4]
Ancaman krisis pangan dan kekeringan
telah melanda dunia. Yang mengherankan, krisis juga terjadi di negara-negara
yang memiliki lahan yang luas dan subur dimana sektor pertanian menjadi salah satu
pilar andalan. Seperti yang telah diketahui bersama, sejak beberapa tahun
terakhir ini masyarakat indonesia mengalami berbagai persoalan yang terkait
dengan masalah ketersediaan produk pertanian berupa pangan dan juga air bersih.
Pangan
merupakan kebutuhan yang paling esensial bagi manusia. Tanpa pangan orang tak
dapat hidup. Pangan diperlukan untuk menyususn tubuh, sebagai sumber energy dan
zat tertentu untuk mengatur proses metabolisme.[5]
Pangan
adalah unsur penting dalam membentuk ketahan nasional suatu bangsa. Oleh karena
itu, masalah penyediaan pangan menempati posisi yang penting dalam program
pemerintah.
Teori
maltus sudah terbukti di Indonesia: produksi pangan meningkat mengikuti deret
hitung, sedang jumlah penduduk bertambah mengikuti deret ukur. Tidak lama lagi
masyarakat kita akan berderet-deret mengantri makanan karena peningkatan
prouksi pangan tidak dapat mengimbangi pertambahan penduduk yang cepat. Dulu
kita mengekspor beras, tetapi dalam waktu singkat situasi berbalik. Indonesia
kini telah menjadi Negara agrasis pengimpor beras.[6]
Perkiraan para pakar jelas: jika jumlah penduduk bumi
semakin meningkat, kebutuhan akan pangan pada tahun-tahun mendatang sampai 2030
akan melonjak hingga 35 persen. Dampaknya akan terlihat jelas di negara yang juga
kekurangan energi dan air bersih.[7]
2.
Pengaruh air dan pangan terhadap pendidikan
Pendidikan sangat berpengaruh terhadap
krisis air dan pangan. Peran pendidikan tidak bisa lepas dari meningkatnya
jumlah penduduk yang berarti menambah jumlah pemakaian air dan membutuhkan
ketersediaan makanan yang lebih banyak. Jika kebutuhan akan air bersih dan
ketersediaan pangan yang memenuhi gizi berkurang maka pendidikan juga akan
menurun. Karena adanya penurunan kesehatan manusia. Peran pendidikan harus
dibarengi dengan lingkungan yang bersih dan sehat.
Pendidikan
lingkungan di Indonesia dimulai dari gerakan pendidikan konservasi pada awal
1960-an. Selanjutnya berkembang berbagai
usaha dan organisasi yang bertujuan untuk menciptakan kesadaran individu
terhadap lingkungan. Gerakan pendidikan lingkungan terus meningkat, dan para
ilmuwan mulai mendesak pemerintah untuk mengembangkan program-program
pendidikan disekolah. Hal ini menjadikan pendidikan lingkungan sebagai kmponen
esensial dari strategi nasional terhadap pengelolaan lingkungan.
Pendidikan
lingkungan secara bertahap dan menyeluruhdirasakan juga suatu proses pendidikan
yang berkelanjutan sepanjang hayat (life long learning). Oleh karena itu,
pemerintah mencanangkan pendidikan lingkungan di semua area pendidikan. Dalam
tahun 1980-an pendidikan lingkungan benar-benar dipertimbangkan pemerintah
sebagai dasar bagi semua pembelajaran, sebagai literasi lingkungan, dan
pengelolaan lingkungan dalam jangka panjang.[8]
Pendidikan
tidak bisa terlepas dari tekhnologi. Semakin lama teknologi akan semakin maju,
hal ini akan membuat cara penanganan masalah air dan pangan menjadi sangat
beragam. Maka tidak ada salahnya jika pemerintah mempunyai lembaga sendiri
dalam menangani masalah air dan pangan. Karena ketersediaan air dan pangan
adalah kebutuhan yang amat mendasar bagi manusia. Berbagai perencanaan dan
upaya perbaikan gizi terus digencarkan oleh pemerintah meskipun pada
kenyataannya masih saja ada yang merasa kekurangan air bersih dan banyaknya
anak-anak yang mengalami gizi buruk.
Kebijakan
yang bertujuan untuk memperbaiki status gizi tidak hanya tergantung pada
konsumsi makanan, tetapi juga tergantung pada pengadaan atau penyediaan pangan.[9]
Semakin langkanya ketersediaan air bersih dan pangan yang mencukupi. Maka
proses pendidikan akan terganggu.
Dengan
prinsip tanggung jawab pribadi maupun tanggung jawab bersama, setiap orang
dituntut dan terpanggil untuk bertanggung jawab untuk memelihara alam semesta
ini sebagai milik bersama dengan rasa memiliki yang tinggi seakan milik dirinya
sendiri. Ketika alam dilihat hanya demi kepentingan manusia, milik bersama lalu
dieksploitasi tanpa rasa tanggung jawab. Namun jika alam dihargai, dinilai
seperti diri sendiri, maka rasa tanggung jawab akan muncul.[10]
Maka program hidup berkelanjutan mungkin akan bisa terlaksana dan ketersediaan
air serta pangan untuk generasi selanjutnya adalah PR penting bagi manusia.
C. Penutup
Pangan adalah kebutuhan primer manusia yang harus
dipenuhi sebelum memenuhi kebutuhan hidup lainnya. begitupun dengan air sangat
berpengaruh terhadap segala urusan manusia.
Air bersih merupakan
kebutuhan vital setiap manusia sehingga ketersediaan air bersih menentukan
kesejahteraan masyarakat. Akibat serius dari semakin meningkatnya krisis air
adalah di sektor pangan. Sekitar 70%-80% kebutuhan air tawar adalah untuk
memenuhi keperluan pertanian. Mengingat tingginya prosentase penggunaan air
untuk memproduksi pangan, maka krisis air dipastikan akan berdampak serius pada
ketersediaan pangan.
Pangan merupakan kebutuhan yang paling esensial bagi
manusia. Tanpa pangan orang tak dapat hidup. Semakin langkanya ketersediaan air bersih dan pangan yang
mencukupi. Maka proses pendidikan akan terganggu. Ketersediaan air serta pangan
untuk generasi selanjutnya adalah PR penting bagi manusia.
DAFTAR
PUSTAKA
Damanik,
Lericson.2012.Pengertian dan penjelasan
krisis air dan pangan.
http://ondyx.blogspot.com/2014/01/pengertian-dan-penjelasan-krisis-air.htm.
Keraf,
Sonny. 2002. Etika Lingkungan. Jakarta: Penerbit Buku Kompas
Ruta, Christina. Kaitan krisis air, energy, dan pangan.
Diunduh melalui.
http://www.dw.de/kaitan-krisis-air-energi-
dan-pangan/a-16887441
Sadyohutomo, Mulyono. 2008. Managemen kota dan wilayah realita dan tantangan.
Jakarta: Bumi Aksara
Soemarwoto,
Otto. 2004. Ekologi, Lingkungan Hidup dan
Pembangunan. Jakarta:
Djambatan.
Suhardjo.
2005. Perencanaan pangan dan gizi.
Jakarta: Bumi Aksara
Soemarno.2010. sumberdaya
air dan perilakunya.
http://www.google.com/url?sas&source=webcad.
soemarno.ac.id.files.krisis-air-dan-pangan_2.d.aGc
Tumisem.
2012. Pendidikan lingkungan berbasis
ekologi peraian melalui kepramukaan.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Widodo Brontowiyono.
2012. Krisis air dan pangan
http://www.google.com/url?sarcqesrc=s&source=web.cd.cadwidodo.staff.uii.ac.i.files.air-dan-pangan_2.docd.aGc
Winarno,
Bondan. 1984. Neraca Tanah Air Rekaman Lingkungan Hidup ’84. Jakarta:
PenerbitSinar Harapan.
[1]
Mulyono, Sadyohutomo. 2008. Managemen
kota dan wilayah realita dan tantangan. (Jakarta: Bumi Aksara) hlm. 142
[2]
Soemarno.2010. sumberdaya air dan
perilakunya. Diunduh melalui http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&uact=8&ved=0CCYQFjAA&url=http%3A%2F%2Fsoemarno.ac.id%2Ffiles%2F2012%2F03%2krisis-air-dan-pangan_2.docMihigfTk-=fhbXE98YKtSAJwSn6tw&bvm=bv.62922401,d.aGc
diakses pada tanggal 14 maret 2014 pukul 13:45
[3]
Lericson, damanik.2012.Pengertian dan
penjelasan krisis air dan pangan. Diunduh melalui http://ondyx.blogspot.com/2014/01/pengertian-dan-penjelasan-krisis-air.htm.
diakses pada tanggal 16 maret 2014 pukul 14:15
[4] Widodo Brontowiyono. 2012. Krisis air dan pangan. Diunduh melalui http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&uact=8&ved=0CCYQFjAA&url=http%3A%2F%2Fwidodo.staff.uii.ac.id%2Ffiles%2F2012%2F03%2Fair-dan-pangan_2.doc&ei=7T4lU4a8NMihigfT3YCADA&usg=AFQjCNH7wJzu5rvQ8d3sUIPcjvys1PSiMQ&sig2=k56asbXE98YKtSAJwSn6tw&bvm=bv.62922401,d.aGc.diakses
pada tanggal 16 maret 2014 pukul 16:27
[5]
Otto Soemarwoto. 2004. Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan.
(Jakarta: Djambatan) hlm. 274
[6]
Bondan Winarno. 1984. Neraca Tanah Air.
(Jakarta : Penerbit Sinar Harapan) hlm. 181
[7] Christina Ruta. Kaitan krisis air, energy, dan pangan. Diunduh melalui. http://www.dw.de/kaitan-krisis-air-energi-
dan-pangan/a-16887441. diakses pada tanggal 14 Februari 2014. Pukul 13: 31
[8]
Tumisem. 2012. Pendidikan lingkungan berbasis ekologi peraian melalui
kepramukaan.(Yogyakarta: Pustaka Pelajar) hlm. 8
[9]
Suhardjo. 2005. Perencanaan pangan dan gizi.(Jakarta: Bumi Aksara) hlm 11
[10]
Sonny Keraf. 2002. Etika Lingkungan. (Jakarta: Penerbit Buku Kompas) hlm 147
Tidak ada komentar:
Posting Komentar