METODE,
TEKNIK, DAN INSTRUMEN
PENILAIAN
HASIL BELAJAR
Disusun
dan Diajukan Guna Memenuhi Tugas Terstruktur
Mata
Kuliah: Evaluasi Pembelajaran
Dosen
Pengampu: Abu Dharin, M. Pd
Disusun Oleh:
1. Rofik
Andi H. 1123305030
2. Wantia
Khikmah 1123305005
3. Rois
Ma’ruf 1123305037
4. Lyli
Maryam 1123305039
Tarbiyah/5/PGMI-A
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
PURWOKERTO
2013
A. Pendahuluan
Perlu diketahui bahwa dalam proses penilaian hasil
belajar peserta didik diperlukan metode atau teknik serta instrumen yang perlu
diperhatikan dan disiapkan, agar nantinya tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Teknik dan instrumen yang digunakan ini yang akan memberikan informasi kepada
guru terhadap keadaan dan prestasi yang dicapai oleh peserta didik.
Teknik dan instrumen penilaian hasil belajar yang
dapat dikembangkan oleh guru dapat berupa penilaian jenis tes, non-tes,
penilaian berbasis kelas, penilaian kinerja, dan juga penilaian portofolio.
Berikut ini akan kami paparkan sedikit gambaran teknik, metode, dan instrumen penilaian
yang dapat dilakukan oleh guru dalam mengevaluasi peserta didiknya. Sebagai
seorang guru nantinya dituntut tidak hanya mampu untuk membuat instrumen
penilaian hasil belajar peserta didik, tetapi mampu mengaplikasikan dan
menggunakan instrumen penilaian tersebut.
B. Metode, Teknik, dan Instrumen
Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik
Ada beberapa teknik dan alat
penilaian yang dapat digunakan guru sebagai sarana untuk memperoleh informasi
tentang keadaan belajar siswa. Penggunaan berbagai teknik dan alat itu harus
disesuaikan dengan tujuan penilaian, waktu yang tersedia, sifat tugas yang
dilakukan siswa dan banyaknya/jumlah materi pelajaran yang sudah disampaikan.[1]
Teknik penilaian adalah metode atau
cara penilaian yang dapat digunakan guru untuk mendapatkan informasi mengenai
keadaan belajar dan prestasi peserta didik. Teknik penilaian yang memungkinkan
dan dapat dengan mudah digunakan oleh guru antara lain:
1.
Teknik Tes
Istilah “tes” berasal dari bahasa Perancis, yaitu “testum”, berarti piring yang digunakan
untuk memilih logam mulia dari benda-benda lain, seperti pasir, batu, tanah,
dan sebagainya. Tes merupakan suatu teknik atau cara yang digunakan dalam
rangka melaksanakan kegiatan pengukuran, yang di dalamnya terdapat serangkaian pertanyaan atau latihan atau alat lain
yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, kecerdasan, kemampuan,
atau bakat yang dimiliki oleh sesesorang atau kelompok.
Dilihat dari bentuknya, maka
penilaian jenis tes ini dapat diklasifikasikan menjadi 3 bagian, yaitu:
a.
Tes
Tertulis
Tes tertulis adalah tes yang
soal-soalnya harus dijawab peserta didik dengan memberikan jawaban tertulis.
Jenis tes tertulis secara umum dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu:
1.)
Tes Bentuk Uraian
Bentuk uraian dapat digunakan untuk
mengatur kegiatan-kegiatan belajar yang sulit diukur oleh bentuk objektif.
Disebut bentuk uraian, karena menuntut peserta didik untuk menguraikan,
mengorganisasikan dan menyatakan jawaban dengan kata-katanya sendiri dalam
bentuk, teknik, dan gaya yang berbeda satu dengan yang lainnya.
Dilihat dari luas-sempitnya materi
yang ditanyakan, maka tes bentuk uraian ini dapat dibagi menjadi 2 bentuk,
yaitu:
a.) Uraian Terbatas (Restricted Respons Items)
Dalam menjawab soal bentuk uraian
ini, peserta didik harus mengemukakan hal-hal tertentu sebagai batas-batasnya.
Walaupun kalimat jawaban peserta didik itu beraneka ragam, tetap harus ada
pokok-pokok penting yang terdapat dalam sistematika jawabannya sesuai dengan
batas-batas yang telah ditentukan dan dikendaki dalam soalnya. Contoh:
§ Jelaskan bagaimana prosedur
operasional sebuah pesawat komputer!
§ Sebutkan lima komponen dalam sistem
komputer!
b.) Uraian Bebas (Extended Respons Items)
Dalam bentuk ini peserta didik bebas
untuk menjawab soal dengan cara dan sistematika sendiri. Peserta didik bebas
mengemukakan pendapat sesuai dengan kemampuannya. Oleh karena itu, setiap
peserta didik mempunyai cara dan sistematika yang berbeda-beda. Namun, guru
tetap mempunyai acuan atau patokan dalam mengoreksi jawaban peserta didik
nanti. Contoh:
§ Bagaimana perkembangan komputer di
Indonesia, jelaskan secara singkat!
§ Bagaimana peranan komputer dalam
pendidikan!
Dalam menyusun soal bentuk uraian,
ada baiknya guru mengikuti petunjuk praktis berikut ini.
(1) Setiap pertanyaan hendaknya
menggunakan petunjuk dan rumusan yang jelas dan mudah dipahami.
(2) Jangan memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk memilih beberapa soal dari sejumlah soal yang diberikan,
sebab cara demikian tidak memungkinkan untuk memperoleh skor yang dapat
dibandingkan.
(3) Instrumen soalnya dapat berupa:
menjelaskan, menelaah, mendeskripsikan, membandingkan, mengemukakan kritik,
memecahkan masalah, dan lain sebagainya.
Terdapat kelebihan dan kekurangan
yang dimiliki pada soal bentuk uraian,. Adapun kelebihan bentuk soal uraian
antara lain:
Ø Proses penyusunan soal relatif
mudah.
Ø Memberikan kebebasan luas kepada
peserta didik untuk menyatakan tanggapannya.
Ø Dapat mengukur kemampuan mengorganisasikan pikiran.
Ø Mengurangi faktor menebak dalam menjawab.
Sedangkan
kelemahan bentuk soal uraian antara lain:
v Proses
pengoreksian membutuhkan waktu yang relatif lama.
v Ada kecenderungan dari guru bersikap subjektif.
v Guru sering terkecoh dalam
memberikan nilai, karena keindahan kalimat dan tulisannya.
2.)
Tes
Bentuk Objektif
Tes objektif sering juga disebut tes dikotomi (dichotomously scored item) karena
jawabannya antara benar atau salah dan skornya antara 1 atau 0. Tes objektif
terdiri dari beberapa bentuk, antara lain:
a.) Benar-Salah
(True-False, or Yes-No)
Bentuk tes benar-salah (B-S) adalah pernyataan yang
mengandung dua kemungkinan jawaban, yaitu benar atau salah. Salah satu fungsi
bentuk soal benar-salah adalah untuk mengukur kemampuan peserta didik dalam
membedakan antara fakta dengan pendapat. Bentuk soal seperti ini lebih banyak
digunakan unyuk mengukur kemampuan mengidentifikasi informasi berdasarkan
hubungan yang sederhana.
Ada beberapa teknik/petunjuk praktis dalam
penyusunan soal bentuk B-S, yaitu:
(1) Jumlah
item yang benar dan salah hendaknya sama.
(2) Berilah
petunjuk cara mengerjakan soal yang jelas dan memakai kalimat sederhana.
(3) Hendaknya
jumlah item cukup banyak, sehingga dapat dipertanggungjawabkan.
b.) Pilihan
Ganda (Multiple Choice)
Soal tes bentuk pilihan ganda dapat digunakan untuk
mengukur hasil belajar yang lebih kompleks dan berkenaan dengan aspek ingatan,
pengertian, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Pilihan jawaban (option) terdiri atas jawaban yang benar atau paling
benar, selanjutnya disebut kunci jawaban dan kemungkinan jawaban salah yang
dinamakan pengecoh (distractor/decoy/fails).[2]
Beberapa petunjuk praktis dalam menyusun soal bentuk
pilihan ganda, yaitu:
ü Harus
mengacu pada kompetensi dasar dan indikator soal.
ü Jangan
memasukkan materi soal yang tidak relevan dengan apa yang sudah dipelajari
peserta didik.
ü Pernyataan
dan pilihan hendaknya merupakan kesatuan kalimat yang tidak terputus.
ü Harus
diyakini bahwa hanya ada satu jawaban yang benar.
ü Bila
perlu beri jawaban pengecohnya.
Kebaikan soal bentuk pilihan-ganda,
antara lain: (1) cara penilaian dapat dilakukan dengan mudah, cepat, dan
objektif, (2) dapat mencakup ruang lingkup
bahan/materi yang luas, (3) mampu mengungkap tingkat kognitif rendah sampai
tinggi, dan (4) dapat digunakan berulang kali. Sedangkan kelemahannya antara lain:
(1) proses penyusunan soal benar-benar membutuhkan waktu yang lama, (2) memberi
peluang siswa untuk menebak jawaban, dan (3) kurang mampu meningkatkan daya
nalar siswa.
c.) Menjodohkan
(Matching)
Soal tes bntuk menjodohkan terdiri atas
kumpulan soal dan kumpulan jawaban yang keduanya dikumpulkan pada dua kolom
berbeda, yaitu kolom sebelah kiri menunjukkan kumpulan persoalan, dan kolom
sebelah kanan menunjukkan kumpulan jawaban. Bentuk soal seperti ini sangat baik
untuk mengukur kemampuan peserta didik dalam mengidentifikasi hubungan antara
dua hal.
Untuk penyusunan soal bentuk ini perlu
memperhatikan teknik berikut:
(1) Sesuaiakan
dengan kompetensi dasar dan indikator.
(2) Kumpulan
soal diletakkan di sebelah kiri, dan jawaban di sebelah kanan.
(3) Gunakan
kalimat singkat dan terarah pada pokok persoalan.
d.)
Melengkapi (Completion)
Soal bentuk melengkapi (completion) dikemukakan dalam kalimat
yang tidak lengkap. Contoh:
·
Tempat sampah daur ulang dalam komputer disebut
. . .
·
Program dan data dapat disimpan dalam .
. . atau . . .
Beberapa petunjuk teknis dalam
penyusunan soal bentuk melengkapi (completion),
antara lain:
(1) Hendaknya
tidak mengambil pernyataan langsung dari buku (textbook).
(2) Titik-titik
kosong sebagai tempat jawaban hendaknya diletakkan di akhir kalimat.
(3) Jangan
menyediakan titik-titik kosong terlalu banyak.
(4) Jika
perlu, dapat diberi gambar-gambar sehingga dapat dipersingkat dan jelas.[3]
b.
Tes
Lisan
Tes
lisan yakni tes yang pelaksanaannya dilakukan dengan mengadakan tanya jawab
secara langsung antara pendidik dan peserta didik. Tes ini memiliki kelebihan
dan kelemahan. Kelebihannya antara sebagai berikut.
1.) Dapat menilai kemampuan dan tingkat
pengetahuan yang dimiliki peserta didik, sikap, serta kepribadiannya karena
dilakukan secara berhadapan langsung.
2.) Bagi peserta didik yang kemampuan
berpikirnya relatif lambat sehingga sering mengalami kesukaran dalam memahami
pernyataan soal, tes bentuk ini dapat menolong sebab peserta didik dapat
menanyakan langsung kejelasan pertanyaan yang dimaksud.
3.) Hasil tes dapat langsung diketahui
peserta didik.
Sedangkan kelemahan dari tes lisan
adalah sebagai berikut.
1.) Subjektivitas guru sering mencemari hasil tes
2.) Waktu pelaksanaan yang diperlukan relatif cukup lama.
c.
Tes
Perbuatan
Tes
perbuatan yakni tes yang penugasannya disampaikan dalam bentuk lisan atau
tertulis dan pelaksanaan tugasnya dinyatakan dengan perbuatan atau unjuk kerja.
Penilaian tes perbuatan dilakukan sejak peserta didik melakukan persiapan, melaksanakan
tugas, sampai dengan hasil yang dicapainya.
Untuk
menilai tes perbuatan pada umumnya diperlukan sebuah format pengamatan, yang
bentuknya dibuat sedemikian rupa agar pendidik dapat menuliskan angka-angka
yang diperolehnya pada tempat yang sudah disediakan. Bentuk formatnya dapat
disesuaikan menurut keperluan. Untuk tes perbuatan yang sifatnya individual,
sebaiknya menggunakan format pengamatan individual. Untuk tes perbuatan yang
dilaksanakan secara kelompok digunakan format tertentu yang sudah disesuaikan
untuk keperluan pengamatan kelompok.[4]
2.
Teknik
Non-Tes
Teknik non-tes
sangat penting dalam mengevaluasi siswa pada ranah afektif dan psikomotor,
berbeda dengan teknik tes yang lebih menekankan asfek kognitif. Ada beberapa
macam teknik non-tes, yakni: pengamatan (observation),
wawancara (interview), kuesioner/angket
(quetionaire).
a.
Observasi
Observasi adalah suatu proses pengamatan
dan pencatatan secara sistematis, logis, objektif, dan rasional mengenai
berbagai fenomena untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam evaluasi pembelajaran,
observasi dapat digunakan untuk menilai proses dan hasil belajar peserta didik,
seperti tingkah laku peserta didik pada waktu belajar, berdiskusi, mengerjakan
tugas, dan lain-lain. Alat yang digunakan untuk melakukan observasi disebut
pedoman observasi.[5]
Contoh Pedoman Observasi:
Mata Pelajaran : Biologi
Konsep/Subkonsep: 1.1 Vegetatif Buatan
1.1.1. Mencangkok
Kelas : VII
Hari/tanggal : Minggu, 15 Juli 2013
Jam pelajaran : 1-2
Nama Siswa : Ardi
Anggoro Saputra
NO
|
KEGIATAN/ASPEK YANG DINILAI
|
NILAI
|
KET
|
1
|
Langkah persiapan (penyiapan alat dan bahan)
|
….
|
|
2
|
Cara mengelupas kulit bagian luar
|
….
|
|
3
|
Cara mengelupas kulit bagian dalam
|
….
|
|
4
|
Cara membersihkan getah/lendir
|
….
|
|
5
|
Cara menaburkan tanah
|
….
|
|
6
|
Cara membungkus dan mengikat
|
….
|
|
Jumlah
|
….
|
||
Rata-rata
|
….
|
Catatan:
Pemberian nilai dapat menggunakan angka 1 – 10 atau A,
B, C, D
b.
Wawancara
Wawancara merupakan salah satu bentuk
alat evaluasi jenis non-tes yang dilakukan melalui percakapan dan tanya jawab,
baik secara langsung maupun tidak langsung.
Ada beberapa teknik atau cara yang harus
diperhatikan dalam melaksanakan wawancara, yaitu:
1.) Pewawancara
harus mempunyai background tentang apa yang akan ditanyakan.
2.) Dalam
mewawancarai jangan terlalu kaku, tunjukkan sikap yang bersahabat, bebas,
ramah, terbuka, dan dapat menyesuaikan diri.
3.) Hilangkan
prasangka-prasangka yang tidak baik.
4.) Pertanyaan
hendaknya jelas, tepat, dan denan bahasa yang sederhana.
5.) Hindari
kevakuman pembicaraan yang terlalu lama.
6.) Batasi
waktu wawancara.
c.
Angket
(Quetioner)
Angket
adalah sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh orang yang akan diukur
(responden). Angket adalah alat penilaian hasil belajar yang berupa daftar
pertanyaan tertulis untuk menjaring informasi tentang sesuatu, misalnya tentang
latar belakang keluarga siswa, kesehatan siswa, tanggapan siswa terhadap metode
pembelajaran, media, dan lain- lain. Angket umumnya dipergunakan pada ranah
afektif.
Contoh kuisioner
v Pada waktu melihat sampah bertebaran di jalan, saya berusaha
untuk membuang ke tempat sampah:
a.
sangat sering
b. sering
c. kadang-kadang
d. jarang
e. tidak
pernah
d.
Daftar
Cek (Check List)
Daftar
cek adalah deretan pertanyaan singkat dimana responden yang dievaluasi tinggal
membubukan tanda centang (√) pada aspek yang diamati sesuai dengan hasil
penilaiannya.[6]
Contoh:
Daftar cek tentang keaktifan peserta
didik dalam diskusi kelompok pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
No.
|
Nama Siswa
|
SB
|
B
|
C
|
K
|
SK
|
1
|
Ardi
Maulana
|
|
√
|
|
|
|
2.
|
Erlin
Roslina
|
√
|
|
|
|
|
3.
|
Arie
Apriadi N.
|
|
|
√
|
|
|
4.
|
Angga
Zalindra
|
|
|
|
√
|
|
5.
|
Diandra
Rasya
|
|
√
|
|
|
|
Keterangan:
SB: Sangat Baik C:
Cukup SK: Sangat
Kurang
B:Baik K:
Kurang
3.
Asesmen
Berbasis Kelas
Asesmen atau penilaian berbasis kelas merupakan salah satu pilar dalam
kurikulum berbasis kompetensi. Asesmen berbasis kelas ini bisa dipandang
sebagai proses pengumpulan, pelaporan, dan penggunaan informasi tentang
hasil-hasil belajar siswa dengan menerapkan prinsip-prinsip penilaian,
pelaksanaan berkelanjutan, bukti-bukti otentik, akurat, dan konsisten sebagai
akuntabilitas publik. Proses ini mengidentifikasi pencapaian kompetensi atau
hasil belajar yang dikemukakan melalui pernyataan yang jelas tentang standar
yang harus dicapai disertai dengan peta kemajuan belajar siswa dan pelaporan.[7]
Asesmen berbasis kelas terdiri dari beberapa macam, yaitu:
a.
Asesmen portofolio (portfolio)
- (pembahasan tersendiri)
b.
Asesmen kinerja (performance) - (pembahasan tersendiri)
c. Penilaian
melalui tes tertulis - (sudah dijelaskan sebelumnya)
d.
Penilaian afektif siswa
Secara umum, ada dua hal yang perlu dinilai dalam kaitannya dengan ranah
afektif, yakni (1) kompetensi afektif, dan (2) sikap dan minat siswa terhadap
mata pelajaran dan pembelajaran. Kompetensi afektif yang dicapai dalam
pembelajaran berkaitan dengan kemampuan siswa dalam:
·
memberikan respon atau reaksi terhadap
nilai-nilai yang dihadapkan kepadanya;
·
menerima nilai, norma, serta objek yang
mempunyai nilai etika dan estetika;
·
menilai (valuing) ditinjau dari segi baik buruk, adil tidak adil, indah
tidak indah terhadap objek studi; dan
·
menerapkan atau mempraktikkan nilai,
norma, etika, dan estetika dalam kehidupan sehari-hari.
Sikap siswa merupakan aspek yang sangat berpengaruh terhadap keterlibatan
siswa secara aktif dalam belajar. Sikap positif terhadap sesuatu menyebabkan
perasaan mampu. Minat berkaitan dengan kecenderungan hati terhadap sesuatu yang
akan mendorong tindakan positif untuk menekuni dan meningkatkan intensitas
kegiatan pada objek tertentu.[8]
4.
Asesmen Kinerja
Asesmen Kinerja yaitu penilaian terhadap proses perolehan penerapan
pengetahuan dan keterampilan melalui proses pembelajaran yang menunjukan
kemampuan siswa dalam proses dan produk. Asesmen kinerja pada prinsipnya lebih
ditekankan pada proses keterampilan dan kecakapan dalam menyelesaikan tugas
yang diberikan.
Asesmen ini digunakan untuk menggambarkan proses, kegiatan, atau unjuk
kerja, proses, kegiatan, atau unjuk kerja dinilai melalui pengamatan terhadap
siswa ketika melakukannya. Penilaian unjuk kerja adalah penilaian berdasarkan
hasil pengamatan penilai terhadap aktivitas siswa sebagaimana yang terjadi.
Misalnya penilaian terhadap kemampuan siswa merangkai alat praktikum untuk
percobaan sederhana dilakukan selama siswa merangkai alat, bukan sebelum atau
setelah alat dirancang.[9]
Asesmen kinerja bisa digunakan untuk menilai kemampuan siswa dalam
penyajian lisan, pemecahan masalah dalam kelompok, partisipasi dalam diskusi,
kemampuan siswa menari, kemampuan siswa menyanyi, memainkan alat musik, dan
sebagainya.
Dalam melakukan asesmen kinerja dapat 2 metode yang dapat digunakan,
yaitu:
a.
Asesmen kinerja yang berorientasi pada masa lalu (past oriented appraisal methods). Yaitu
penilaian kinerja atas kinerja seseorang dari pekerjaan yang telah
dilakukannya.
b.
Asesmen kinerja yang berorientasi ke masa depan (future oriented appraisal methods). Yaitu
penilaian kinerja dengan menilai seberapa besar potensi seseorang untuk
melakukan kinerja di masa yang akan datang.
Penilaian hasil kerja dapat menggunakan daftar cek dan skala. Skala
merupakan alat untuk mengukur sikap, nilai, minat dan perhatian, dll, yang
disusun dalam bentuk pertanyaan untuk menilai responden dan hasilnya dalam
bentuk rentangan nilai dengan kreteria yang telah ditentukan.[10]
5.
Asesmen
Portofolio
Portofolio
berasal dari bahasa Inggris “portfolio”
yang berarti dokumen aau surat-surat. Penilaian portofolio (portofolio assesment)
merupakan salah satu bentuk “performance assesment”. Portofolio (portfolio)
adalah kumpulan hasil tugas/tes atau hasil karya siswa yang dikaitkan dengan
standar atau kriteria yang telah ditentukan. Dengan kata lain, model penilaian
yang bertujuan untuk mengukur kemampuan peserta didik dalam membangun dan
merefleksi suatu pekerjaan/tugas atau karya melalui pengumpulan (collection) hasil karya siswa yang
sistematis dalam satu periode.[11]
Prinsip dalam penilaian portofolio (portfolio assesment)
adalah dokumen atau data hasil pekerjaan siswa, baik berupa pekerjaan rumah,
tugas atau tes tertulis seluruhnya digunakan untuk membuat inferensi kemampuan
dan perkembangan kemampuan siswa. Informasi ini juga digunakan untuk menyusun
strategi dalam meningkatkan kualitas proses pembelajaran.[12]
Contoh Format
Penilaian Portofolio:
v Format
penilaian Portofolio Proses
Sebagaimana isi
dan kriteria penialain, maka format penilaian pun harus mengacu pada
tujuan.format penilaian banyak modelnya. Salah satunya bisa menggunakan
model skala dengan tiga kriteria, seperti: baik, cukup, kurang.
Contoh:
Kompetensi Dasar:
Mengoperasikan komputer
Berbasis
Windows 2007
|
Nama: Angga Zalindra Nugraha
Tanggal:
20 November 2008
|
||
Indikator
|
PENILAIAN
|
||
Baik
|
Cukup
|
Kurang
|
|
1.
Melakukan pengetikan dengan Windows 2007
2.
Melakukan layout naskah dengan Word 2007
3.
Mencetak naskah yang telah dibuat
4.
Membuat table dan gambar
5.
Memasukkan gambar ke dalam file
|
|
||
Dicapai
melalui:
|
Komentar
guru:
|
||
-
Bantuan guru
|
|||
-
Seluruh kelas
|
|||
-
Perorangan
|
|||
Komentar
orang tua:
|
v Format
Penilaian Tugas Terstruktur
Nama : ………………………………………
Kelas : ………………………………………
Mata Pelajaran : ………………………………………
Jenis Tugas : Makalah
No.
|
Aspek-aspek
Penilaian
|
Skor
|
Bobot
|
Nilai
x Bobot
|
01
02
03
04
05
06
07
08
|
Judul
Masalah
Metode Penulisan
Landasan Teori
Sistematika Penulisan
Pembahasan
Simpulan
Bahasa:
-
Tata Bahasa
-
Gaya Bahasa
|
|
1
1
1
2
1
2
1
1
|
|
Jumlah
|
|
10
|
|
Nilai
Akhir: (Jumlah Nilai x Bobot) : Jumlah Bobot
Catatan:
………………………………………………………
Puewokerto,
Guru,
……………………
C.
Kesimpulan
Dari pemaparan materi yang kami sajikan
di atas, dapat kami tarik kesimpulan bahwa dalam mengevaluasi hasil belajar
peserta didik diperlukan metode atau teknik atau cara yang di dalamnya
mencangkup instrumen penilaian. Teknik penilaian hasil belajar tersebut dapat
kami sajikan dalam peta konsep sebagai berikut.
1. Teknik
Tes
a. Tes
Tertulis
1.) Tes
Bentuk Uraian
2.) Tes
Objektif
a.) Benar-Salah
(True False, or Yes-No)
b.) Pilihan
Ganda (Multiple Choice)
c.) Menjodohkan
(Matching)
d.) Melengkapi
(Completion)
b. Tes
Lisan
c. Tes
Perbuatan
2. Teknik
Non-Tes
a. Observasi
b. Wawancara
c. Angket
(Quetioner)
d. Daftar
Cek (Check List)
3. Asesmen
Berbasis Kelas
4. Asesmen
Kinerja
5. Asesmen
Portofolio
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zainal. 2011. Evaluasi
Pembelajaran; Prinsip, Teknik, dan Prosedur. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Fajar, Arnie. 2004. Portofolio
Dalam Pelajaran IPS. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Thamrin.
2009. Penilaian Berbasis Kompetensi. Surakarta:
FKIP UNS
Karyadi, Didit. 2011. Penilaian
Berbasis Kelas. (http://didot4com. wordpress.com/2011/01/24/penilaian-berbasis-kelas/)
Alimudin. 2009. Penilaian Berbasis kelas. (http://penilaianhasilbelajar.
blogspot.com/)
Nursobah, Ahmad. 2012. Model Penilaian Portofolio. (http://cobah-ajah.blogspot.com/2012/07/model-penilaian-portofolio_06.html)
http://zaenalabidin1357.blogspot.com/2013/04/assesment-kinerja- danassesment.html
[1]
Didit
Karyadi, 2011, Penilaian Berbasis Kelas,
(http://didot4com.wordpress.com/2011/01/24/penilaian-berbasis-kelas/) diakses pada tanggal 13 Oktober 2013 pukul 07.30 WIB
[4] AG Thamrin, 2009,
Penilaian Berbasis Kompetensi (http://mueraja.blog.com/2011/06/05/teknik-penilaian-dan-prosedur-pengembangan-tes/) diakses pada
tanggal 13 Oktober 2013 pukul 07.05 WIB
[5] Arsad
Bendungan, 2011, Teknik Penilaian Proses
dan Hasil Belajar (http://arsadbendungan.blogspot. -com/2011/12/teknik-penilaian-proses-dan-hasil.html)
diakses pada 13 Oktober 2013 pukul 07.13 WIB
[7] Alimudin, 2009, Penilaian Berbasis kelas, (http://penilaianhasilbelajar.blogspot.com/) diakses pada
tanggal 13 Oktober pukul 08.04 WIB
[8] http://nacilunyil.wordpress.com/2011/12/17/penilaian-berbasis-kelas/ diakses pada
tanggal 12 Oktober 2013 pukul 16.39 WIB
[9] http://zaenalabidin1357.blogspot.com/2013/04/assesment-kinerja-dan
assesment.html
diunduh tanggal 13 Oktober 2013 pukul
05:15 WIB
[10] http://fuadmje.wordpress.com/2011/11/05/instrumen-evaluasi-hasil-belajar diakses pada
tanggal 13 Oktober 2013 pukul 10.16 WIB
[12]
Ahmad
Nursobah, 2012, Model Penilaian
Portofolio,( http://cobah-ajah.blogspot.com/2012/07/model-penilaian-portofolio_06.html) diakses pada 14
Oktober 2013 pukul 15.21 WIB
thanks yooo
BalasHapusthanks yooo
BalasHapusSaya gunakan untuk kegiatan diklat yang saya ikuti. Trims. Semoga dapat mencerahkan pendidikan dan ilmu pengetahuan di Insonesia
BalasHapussiiip
BalasHapus