Rabu, 16 Maret 2016

Yang harus diketahui lelaki sebelum menikah



Kamu merasa menjadi seorang lelaki? Disarankan untuk terus membaca sampai akhir. *ahaha*
Pada dasarnya manusia itu dituntut untuk mempertahankan eksistensinya dimuka bumi ini, artinya kita diharuskan melanjutkan keturunan yang berarti kita dididik untuk memiliki seorang pasangan. Kurang lebihnya gitu.
Sebelum memutuskan untuk menikah, ada hal-hal yang tidak boleh luput dari seorang lelaki. Ia harus sadar akan kewajibannya sebagai seorang laki-laki. Yang harus dipahami betul-betul adalah mengenai kewajibannya “menafkahi”. Menafkahi lahir batin itu kewajiban laki-laki, yekan~
Nafkah lahir itu meliputi S.a.n.d.a.n.g – p.a.n.g.a.n – p.a.p.a.n, betul tidak? Sandang itu lazimnya berupa pakaian bersih siap pakai, jadi kalau pakaian kotor suami wajib mencuci baju istri. Jadi urusan cuci-mencuci itu tugasnya suami bukan istri.
Pangan itu lazimnya sesuatu yang dapat kita makan, jika itu masih berbentuk beras berarti itu masih setengah pangan, bila itu sayuran masih setengah pangan. Untuk benar-benar bisa dimakan harus diproses artinya dimasak terlebih dahulu. Karena kewajiban suami mencukupi kebutuhan pangan, barang masak-memasak itu adalah tuganya suami, bukan istri.
Begitu juga dalam urusan papan, suami harus menyediakan papan (rumah) yang nyaman dihuni untuk isttri. Ketika rumah kotor, berantakan tugas suami adalah membersihkan, merapikan rumah. Itu kewajibannya suami, bukan istri.
Pakaian bersih adalah nafkah, sehingga mencuci adalah kewajiban suami
Makanan adalah nafkah, jadi memasak dan menyiapakan makanan adalah kewajiban suami
Menyediakan tempat tinggal adalah nafkah, kalau begitu urusan kebersihan rumah dan kerapian rumah adalah kewajiban suami. Bukankah begitu?
Ini baru nafkah lahir loh, yang batinnya belum disebutin. Alamak, tugas suami berat juga ternyata. AAWWW, meennn!!! Hahaha *ketawa jahat* ups!
Sebelum menikah harusnya yang dipersiapakn lelaki ya berkutat seputar kewajibannya itu tadi setelah menikah. Belajar masak, harus bisa nyuci - setrika baju sendiri, bisa bersih-bersih rumah, beres-beres rumah. Iya to? To...
Jadi begini, ketika seorang pria mematok kriteria seorang istri yang bisa masak, pinter mengurus rumah, berarti pria itu belum SADAR tentang kewajiban dasarnya sendiri sebagai seorang pria. Masa, pengen nikah tapi kok nggak melek kewajiban-kewajiban yang harus dipenuhinya. W.O.W, begitu beratnya kewajiban sang suami. *hiks, hiks*
Kalau itu semua adalah kewajiban suami, kewajiban istri apadooong? kewajiban istri itu Cuma satu. Mencari ridhonya suami.
Maksudnya? Jadi gini..
Ketika suami bekerja mencari uang untuk bisa menafkahi istri. Pasti dong suami akan kewalahan dan kerepotan mengurus semuanya sendiri. Mungkin kalau suami bisa mengupayakan pembantu, hal ini bisa jadi solusi. Tapi ketika belum bisa hal ini bisa jadi ladang pahala yang subur nan makmur untuk istri.
Moso istri tega suaminya yang capek nyari duit pulang-pulang harus nyuci baju, beres-beres rumah, masak dulu padahal deweke sakjane wis ngelih. Iya to? Moso istri tega kek gitu? Ya engga kan.
Melayani suami itu juga termasuk nyari ridhonya suami. Istri bisa membantu meringankan tugasnya suami, kalau bisa masak ya masak, kalau belum bisa ya belajar! Biar bisa ngladeni suami, ngono kui lho! Moso gak paham.
Kalau bajunya suami kotor, suami gak ono wektu nyuci ya masa istri tega suami make baju kotor ke tempat kerja, ya istri harus bantu nyuci! Kalau rumah kotor suami belum bisa beres-beres pas pulang kerja ya istri ngebantuin bersih-bersih rumah. Kalau ada tamu kan malunya ditanggung bareng meski bersih-bersih itu kewajibannya suami.
Sudah kewajiban istri membantu suaminya! Jadi kalau ada istri yang mau melakukan semua tugas-tugas suami dirumah itu bukan semata-mata adalah tugas istri. Itu bentuk cintanya istri sama suami, membantu meringankan tugasnya suami, biar dapet ridonya suami. Ketika jadi anak, ridhonya perempuan itu di orangtuanya, ketika jadi istri ridonya itu di suaminya.
Hebat ya perempuan, bentuk cintanya sama suami. Keren bingo! Mau membantu suaminya melakukan hal-hal yang harusnya adalah kewajiban suami. Keren keren keren. Harusnya para suami-suami berterimakasih setiap hari sama istrinya.
Istri yang baik tentu paham betul soal mencari ridhonya suami. Jadi gamungkin setega itu menuntut suami melakukan semuanya sendiri. Wanita yang baik, sebaik mungkin membantu suaminya, sebalinya juga gitu suami yang baik, sebaik mungkin membantu sitrinya. Bukan Cuma nuntut hak satu sama lain, tapi saling membantu.
Lelaki yang baik pasti paham betul ketika istrinya telah banyak membantu. Itu bentuk cintanya istri sehingga tidak ada cara lain bagi suami selaian lebih mencintai istrinya. *Melting* * Duarr* *Duaaar* Ddduuuar*
Karena menikah bukan melulu soal menuntut hak satu sama lain. Menikah itu berjuang, toh harapan menikah itu biar bisa nyampe SyurgaNya Allah bareng-bareng. Right?
Menikah adalah belajar. Belajar meredakan ego masing-masing. Belajar menyalurkan kebaikan satu sama lain. Belajar menyurutkan amarah masing-saming. Meluaskan hati satu sama lain. Dan berjuang bersama-sama. Ketika suami kerja itu bentuk berjuangnya suami, berjuangnya istri sabar menunggu suami yang lagi kerja.
Kalau belum nikah ya berjuangnya laki-laki mengusahakan dan mempersiapkan diri agar bisa dipersatukan dengan wanita idamannya. Untuk perempuan ya berjuangnya bukan tebar pesona sana-sini, menunggu dan memperbaiki diri juga berjuang kok. Berjuang agar segera dipertemukan dan disatukan dengan seseorang yang ditunggunya. Entah sudah tahu atau belum yang ditunggu siapa, yakin Allah pasti sudah menyiapkan seseorang untuk layak ditunggu seorang perempuan.
Jadi, sekarang yang lagi berjuang itu.... Aku.  Kamu, juga berjuang ya!!

 “Kalau tulisan ini dirasa baik, boleh di share ke yang lain. Berbagi juga termasuk kebaikan loh! Kamu dapet pahala, aku juga” yey- biar sama-sama masuk surga. Aamiin...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar