Rabu, 16 Maret 2016

Gadis Bayang-Bayang



Judul : Gadis Bayang - bayang
Genre : Romance, Fantasy

Aku selalu asyik memandangi mangata, menurutku dia indah. Iya, sekarang aku sedang dipantai. Menghabiskan malam di pantai membuatku tenang. Selalu ada kelembuatan mendengar deburan ombak yang menghantam bebatuan. Satu hal yang begitu kusuka dari pantai, ia selalu mebuatku teringat dengan gadis kecil yang ada diseberang kota.
Kejadiannya sudah dua tahun yang lalu, dia adalah teman yang sangat tidak terduga. Adegan saat aku menyatakan perasaanku, menawarinya untuk menjadi pacarku dan dia menolakku. Anehnya, aku masih mencintainya. Dia hanya belum tau betapa besarnya rasaku padanya. Ketika kau bertemu dengannya kau akan tau, hatinya jauh lebih cantik dibanding fisiknya. Itu yang membuatku jatuh cinta sejak awal.
Pertemuan kami memang sepertinya sudah direncanakan oleh sang Maha Merencanakaan. Entah kenapa, minggu itu saat aku mudik ke kampung halaman hobi lari pagiku tiba-tiba muncul.
Jika hari itu sebuah kebetulan, itu kebetulan pertama yang menyenangkan. Ada seorang gadis yang sedang membeli sosis bakar dijalan, ia menyerahklan uang kertas bergambar I Gusti Ngurah Rai, dan ia mengambil kembalian. Gadis itu berjalan persis didepanku.
“Mbak, maaf. Uangnya jatuh” aku coba memungut uangnya yang jatuh dan memberikan pada gadis itu.
“Eh maaf mas, itu sengaja aku jatuhkan biar ada yang menemukan.” Katanya sopan, sengaja menjatuhkan?
Lucu, ada orang yang sengaja menjatuhkan uangnya untuk ditemukan orang lain. Untuk pertama kalinya aku melihat kebaikan yang berbeda. Itu adalah kalipertama aku berbicara dengan gadis itu, kali pertama aku bertemu dengannya, kali pertama aku melihat betapa baiknya dia.
***
Buatku, tidak ada yang kebetulan. Pasti semua sudah ada yang merencanakan. Beberapa bulan kemudian, aku kembali mudik untuk menghadiri wisuda adikku, cika. Adik kesayanganku.
Aku membeli mawar putih, buatku warna putih maknanya lebih dasyat dari merah untuk melambangkan cinta. Ya, aku begitu mencintai adik kesayanganku itu. Kau tahu? Sudah kubilang, tidak ada yang namanya kebetulan. Hari itu, gadis itu juga datang kewisuda adikku. Dia teman baik adikku. Dunia begitu sempit bukan? Sepertinya.
Sekarang, aku punya kesempatan untuk bertemu dengan gadisku, peri kecilku. Setiap tanggal merah, aku tidak akan melewatkan moment untuk mudik. Oh iya, aku seorang pekerja disebuah perusaan di kota Hujan.
***
Pada lain waktu, entah berapa puluh juta menit yang lalu aku berkesempatan menemaninya berbelanja, sebenarnya itu adalah tugas adikku. Kebetulan yang terjadi saat itu adalah entah kenapa adikku ada sebuah acara jadi aku yang harus menemaninya.
“Mas, parkir dimasjid itu aja” katanya saat aku ingin memarkir kendaraanku didepan pusat perbelanjaan. Kenapa?
Di kotaku, ada sebuah pusat perbelanjaan yang didepannya ada sebuah masjid. Tata letak yang sedikit berbeda.
“Disini aja, biar gampang”
“Dimasjid itu aja mas, biar uang parkirnya dimasukin ke kotak. Siapa tahu masjid itu sering menyantuni anak yatim, kan jadi kecipratan pahalanya juga”
“Nggak apa ya nanti dari masjid jalan?”
“Iya, biar sehat” tambahnya.
Akupun memarkir kendaraan di masjid. Uang parkirnya biar jadi sodakoh. Siapa tau bisa buat tiket masuk surga.
***
Diwaktu yang lain, saat aku sudah tidak bisa menahan perasaan yang berkecamuk didalam hatiku. Kala aku mengambil keputusan yang salah, kesalahan yang baru bisa kupahami sekarang. Aku memberanikan diri untuk menyatakan perasaanku padanya.
Dia tidak langsung memberikan jawaban waktu itu, kalian tahu? Betapa deg-degannya aku menanti-nanti jawaban yang akan dia ucapkan. Kalaian juga tau kalau akhirnya aku ditolak. Remuk sudah perasaanku, hancur, rasanya aku ingin menghilang saja, menenggelamkan diriku kedalam sumur tua yang dalam. Lebay~
Jika aku merasa galau pasca ditolaknya aku, itu hal wajar. Berharap pada manusia sungguh mengecewakan. Berbulan-bulan aku frustasi, tak tau arah dan tujuanku hilang. Bukankah tujuan hidup manusia untuk menemukan pasangan?
Memang hatiku sudah ia patahkan. Aku tidak kunjung menghilang, aku masih hidup. Kau tahu? Disetiap detik yang kulalui terasa sakit karena setiap saat hanya dia yang selalu muncul dikepalaku. Dia menghantuiku padahal dia belum mati. Hari-hari kegalauanku akan aku ceritakan lain kali. Tidak sekarang.
Dipantai ini, dia tetap menemaniku dengan bayangannya. Ya dia selalu kuhadirkan dimanapun aku berada, Entah dia. Aku masih berjuang untuknya, apa dia memahami perjuanganku?
***
Benar ketika banyak orang yang mengumandangkan bahwa urusan hati hanya bisa dikenali dengan hati. Hatiku mengenali kebaikan-kebaikannya. Selalu, kebaikan memiliki siklus ajaibnya sendiri dan entah bagaimana aku selalu melihat keajaiban dari kebaikan-kebaikkannya.
Dia, mungkin tidak tahu. Meski sekarang tak ada sapa antara aku dan dia. Meski jarak membuatku tidak bisa selalu melihatnya, do’aku tak pernah luput kulantunkan untuknya. Jika waktuNya sudah tepat, jika saatnya aku sudah benar-benar siap, aku akan datang kerumahnya dengan penuh keyakinan. Tidak memintanya menjadi pacaraku seperti yang dulu kulakukan. Itu kesalahan masa laluku. Lupakan dulu soal itu.
Aku akan meminta orang tuanya mengijinkan aku untuk mengambil alih tanggung jawab putrinya, yang kuyakinkan pertama kali adalah orang tuanya. Aku tau dia gadis baik, dia pasti akan menerimaku. Saat orang tuanya bilang IYA, Dia pasti akan menurut pada orang tuanya. Orangtuanya pasti tau, putri kesayangannya akan aman bersamaku. Akan kupastikan itu.
-----------------------------------------------------
Ini adalah cerita bersambung yang insyaAllah akan di update setiap minggunya. Ini adalah seri pertama dari cerita berjudul peri kecil. Do’akan semoga penulis bisa punya ide setiap minggunya. Aamiin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar