Kamu
merasa menjadi seorang lelaki? Disarankan untuk terus membaca sampai akhir.
*ahaha*
Pada
dasarnya manusia itu dituntut untuk mempertahankan eksistensinya dimuka bumi
ini, artinya kita diharuskan melanjutkan keturunan yang berarti kita dididik
untuk memiliki seorang pasangan. Kurang lebihnya gitu.
Sebelum
memutuskan untuk menikah, ada hal-hal yang tidak boleh luput dari seorang
lelaki. Ia harus sadar akan kewajibannya sebagai seorang laki-laki. Yang harus
dipahami betul-betul adalah mengenai kewajibannya “menafkahi”. Menafkahi lahir
batin itu kewajiban laki-laki, yekan~
Nafkah
lahir itu meliputi S.a.n.d.a.n.g –
p.a.n.g.a.n – p.a.p.a.n, betul tidak? Sandang itu lazimnya berupa pakaian bersih
siap pakai, jadi kalau pakaian kotor suami wajib mencuci baju istri. Jadi
urusan cuci-mencuci itu tugasnya suami bukan istri.
Pangan
itu lazimnya sesuatu yang dapat kita makan, jika itu masih berbentuk beras
berarti itu masih setengah pangan, bila itu sayuran masih setengah pangan.
Untuk benar-benar bisa dimakan harus diproses artinya dimasak terlebih dahulu.
Karena kewajiban suami mencukupi kebutuhan pangan, barang masak-memasak itu
adalah tuganya suami, bukan istri.
Begitu
juga dalam urusan papan, suami harus menyediakan papan (rumah) yang nyaman
dihuni untuk isttri. Ketika rumah kotor, berantakan tugas suami adalah
membersihkan, merapikan rumah. Itu kewajibannya suami, bukan istri.
Pakaian
bersih adalah nafkah, sehingga mencuci adalah kewajiban suami
Makanan
adalah nafkah, jadi memasak dan menyiapakan makanan adalah kewajiban suami
Menyediakan
tempat tinggal adalah nafkah, kalau begitu urusan kebersihan rumah dan kerapian
rumah adalah kewajiban suami. Bukankah begitu?
Ini
baru nafkah lahir loh, yang batinnya belum disebutin. Alamak, tugas suami berat
juga ternyata. AAWWW,
meennn!!! Hahaha *ketawa jahat* ups!
Sebelum
menikah harusnya yang dipersiapakn lelaki ya berkutat seputar kewajibannya itu
tadi setelah menikah. Belajar masak, harus bisa nyuci - setrika baju sendiri,
bisa bersih-bersih rumah, beres-beres rumah. Iya to? To...
Jadi
begini, ketika seorang pria mematok kriteria seorang istri yang bisa masak, pinter
mengurus rumah, berarti pria itu belum SADAR tentang kewajiban dasarnya sendiri
sebagai seorang pria. Masa, pengen nikah tapi kok nggak melek
kewajiban-kewajiban yang harus dipenuhinya. W.O.W, begitu beratnya
kewajiban sang suami. *hiks, hiks*
Kalau
itu semua adalah kewajiban suami, kewajiban istri apadooong? kewajiban istri
itu Cuma satu. Mencari ridhonya suami.
Maksudnya?
Jadi gini..
Ketika
suami bekerja mencari uang untuk bisa menafkahi istri. Pasti dong suami akan
kewalahan dan kerepotan mengurus semuanya sendiri. Mungkin kalau suami bisa
mengupayakan pembantu, hal ini bisa jadi solusi. Tapi ketika belum bisa hal ini
bisa jadi ladang pahala yang subur nan makmur untuk istri.
Moso
istri tega suaminya yang capek nyari duit pulang-pulang harus nyuci baju,
beres-beres rumah, masak dulu padahal deweke sakjane wis ngelih. Iya to? Moso
istri tega kek gitu? Ya engga kan.
Melayani
suami itu juga termasuk nyari ridhonya suami. Istri bisa membantu meringankan
tugasnya suami, kalau bisa masak ya masak, kalau belum bisa ya belajar! Biar
bisa ngladeni suami, ngono kui lho!
Moso gak paham.
Kalau
bajunya suami kotor, suami gak ono wektu nyuci ya masa istri tega suami make
baju kotor ke tempat kerja, ya istri harus bantu nyuci! Kalau rumah kotor suami
belum bisa beres-beres pas pulang kerja ya istri ngebantuin bersih-bersih
rumah. Kalau ada tamu kan malunya ditanggung bareng meski bersih-bersih itu
kewajibannya suami.
Sudah
kewajiban istri membantu suaminya! Jadi kalau ada istri yang mau melakukan
semua tugas-tugas suami dirumah itu bukan semata-mata adalah tugas istri. Itu
bentuk cintanya istri sama suami, membantu meringankan tugasnya suami, biar
dapet ridonya suami. Ketika jadi anak, ridhonya perempuan itu di orangtuanya,
ketika jadi istri ridonya itu di suaminya.
Hebat
ya perempuan, bentuk cintanya sama suami. Keren bingo! Mau membantu suaminya
melakukan hal-hal yang harusnya adalah kewajiban suami. Keren keren keren.
Harusnya para suami-suami berterimakasih setiap hari sama istrinya.
Istri
yang baik tentu paham betul soal mencari ridhonya suami. Jadi gamungkin setega
itu menuntut suami melakukan semuanya sendiri. Wanita yang baik, sebaik mungkin
membantu suaminya, sebalinya juga gitu suami yang baik, sebaik mungkin membantu
sitrinya. Bukan Cuma nuntut hak satu sama lain, tapi saling membantu.
Lelaki
yang baik pasti paham betul ketika istrinya telah banyak membantu. Itu bentuk
cintanya istri sehingga tidak ada cara lain bagi suami selaian lebih mencintai
istrinya. *Melting* * Duarr* *Duaaar* Ddduuuar*
Karena
menikah bukan melulu soal menuntut hak satu sama lain. Menikah itu berjuang,
toh harapan menikah itu biar bisa nyampe SyurgaNya Allah bareng-bareng. Right?
Menikah
adalah belajar. Belajar meredakan ego masing-masing. Belajar menyalurkan
kebaikan satu sama lain. Belajar menyurutkan amarah masing-saming. Meluaskan
hati satu sama lain. Dan berjuang bersama-sama. Ketika suami kerja itu bentuk
berjuangnya suami, berjuangnya istri sabar menunggu suami yang lagi kerja.
Kalau
belum nikah ya berjuangnya laki-laki mengusahakan dan mempersiapkan diri agar
bisa dipersatukan dengan wanita idamannya. Untuk perempuan ya berjuangnya bukan
tebar pesona sana-sini, menunggu dan memperbaiki diri juga berjuang kok.
Berjuang agar segera dipertemukan dan disatukan dengan seseorang yang ditunggunya.
Entah sudah tahu atau belum yang ditunggu siapa, yakin Allah pasti sudah
menyiapkan seseorang untuk layak ditunggu seorang perempuan.
Jadi,
sekarang yang lagi berjuang itu.... Aku.
Kamu, juga berjuang ya!!
“Kalau tulisan ini dirasa baik, boleh di
share ke yang lain. Berbagi juga termasuk kebaikan loh! Kamu dapet pahala, aku
juga” yey- biar sama-sama masuk surga. Aamiin...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar