Judul : Gadis Bayang -
bayang
Genre
: Romance, Fantasy
Aku
selalu asyik memandangi mangata,
menurutku dia indah. Iya, sekarang aku sedang dipantai. Menghabiskan malam di
pantai membuatku tenang. Selalu ada kelembuatan mendengar deburan ombak yang menghantam
bebatuan. Satu hal yang begitu kusuka dari pantai, ia selalu mebuatku teringat
dengan gadis kecil yang ada diseberang kota.
Kejadiannya
sudah dua tahun yang lalu, dia adalah
teman yang sangat tidak terduga. Adegan saat aku menyatakan perasaanku,
menawarinya untuk menjadi pacarku dan
dia menolakku. Anehnya, aku masih mencintainya. Dia hanya belum tau betapa besarnya
rasaku padanya. Ketika kau bertemu dengannya kau akan tau, hatinya jauh lebih
cantik dibanding fisiknya. Itu yang membuatku jatuh cinta sejak awal.
Pertemuan
kami memang sepertinya sudah direncanakan oleh sang Maha Merencanakaan. Entah
kenapa, minggu itu saat aku mudik ke kampung halaman hobi lari pagiku tiba-tiba
muncul.
Jika
hari itu sebuah kebetulan, itu kebetulan pertama yang menyenangkan. Ada seorang
gadis yang sedang membeli sosis bakar dijalan, ia menyerahklan uang kertas
bergambar I Gusti Ngurah Rai, dan ia
mengambil kembalian. Gadis itu berjalan persis didepanku.
“Mbak,
maaf. Uangnya jatuh” aku coba memungut uangnya yang jatuh dan memberikan pada
gadis itu.
“Eh
maaf mas, itu sengaja aku jatuhkan biar ada yang menemukan.” Katanya sopan,
sengaja menjatuhkan?
Lucu,
ada orang yang sengaja menjatuhkan uangnya untuk ditemukan orang lain. Untuk
pertama kalinya aku melihat kebaikan yang berbeda.
Itu adalah kalipertama aku berbicara dengan gadis itu, kali pertama aku bertemu
dengannya, kali pertama aku melihat betapa baiknya dia.
***
Buatku,
tidak ada yang kebetulan. Pasti semua sudah ada yang merencanakan. Beberapa
bulan kemudian, aku kembali mudik untuk menghadiri wisuda adikku, cika. Adik
kesayanganku.
Aku
membeli mawar putih, buatku warna putih maknanya lebih dasyat dari merah untuk
melambangkan cinta. Ya, aku begitu mencintai adik kesayanganku itu. Kau tahu?
Sudah kubilang, tidak ada yang namanya kebetulan. Hari itu, gadis itu juga
datang kewisuda adikku. Dia teman baik adikku. Dunia begitu sempit bukan?
Sepertinya.
Sekarang,
aku punya kesempatan untuk bertemu dengan gadisku, peri kecilku. Setiap tanggal
merah, aku tidak akan melewatkan moment untuk mudik. Oh iya, aku seorang
pekerja disebuah perusaan di kota Hujan.
***
Pada
lain waktu, entah berapa puluh juta menit yang lalu aku berkesempatan
menemaninya berbelanja, sebenarnya itu adalah tugas adikku. Kebetulan yang
terjadi saat itu adalah entah kenapa adikku ada sebuah acara jadi aku yang
harus menemaninya.
“Mas,
parkir dimasjid itu aja” katanya saat aku ingin memarkir kendaraanku didepan
pusat perbelanjaan. Kenapa?
Di
kotaku, ada sebuah pusat perbelanjaan yang didepannya ada sebuah masjid. Tata
letak yang sedikit berbeda.
“Disini
aja, biar gampang”
“Dimasjid
itu aja mas, biar uang parkirnya dimasukin ke kotak. Siapa tahu masjid itu
sering menyantuni anak yatim, kan jadi kecipratan pahalanya juga”
“Nggak
apa ya nanti dari masjid jalan?”
“Iya,
biar sehat” tambahnya.
Akupun
memarkir kendaraan di masjid. Uang parkirnya biar jadi sodakoh. Siapa tau bisa
buat tiket masuk surga.
***
Diwaktu
yang lain, saat aku sudah tidak bisa menahan perasaan yang berkecamuk didalam
hatiku. Kala aku mengambil keputusan yang salah, kesalahan yang baru bisa
kupahami sekarang. Aku memberanikan diri untuk menyatakan perasaanku padanya.
Dia
tidak langsung memberikan jawaban waktu itu, kalian tahu? Betapa deg-degannya
aku menanti-nanti jawaban yang akan dia ucapkan. Kalaian juga tau kalau
akhirnya aku ditolak. Remuk sudah perasaanku, hancur, rasanya aku ingin
menghilang saja, menenggelamkan diriku kedalam sumur tua yang dalam. Lebay~
Jika
aku merasa galau pasca ditolaknya aku, itu hal wajar. Berharap pada manusia
sungguh mengecewakan. Berbulan-bulan aku frustasi, tak tau arah dan tujuanku
hilang. Bukankah tujuan hidup manusia untuk menemukan pasangan?
Memang
hatiku sudah ia patahkan. Aku tidak kunjung menghilang, aku masih hidup. Kau
tahu? Disetiap detik yang kulalui terasa sakit karena setiap saat hanya dia
yang selalu muncul dikepalaku. Dia menghantuiku padahal dia belum mati.
Hari-hari kegalauanku akan aku ceritakan lain kali. Tidak sekarang.
Dipantai
ini, dia tetap menemaniku dengan bayangannya. Ya dia selalu kuhadirkan
dimanapun aku berada, Entah dia. Aku masih berjuang untuknya, apa dia memahami
perjuanganku?
***
Benar
ketika banyak orang yang mengumandangkan bahwa urusan hati hanya bisa dikenali
dengan hati. Hatiku mengenali kebaikan-kebaikannya. Selalu, kebaikan memiliki
siklus ajaibnya sendiri dan entah bagaimana aku selalu melihat keajaiban dari
kebaikan-kebaikkannya.
Dia,
mungkin tidak tahu. Meski sekarang tak ada sapa antara aku dan dia. Meski jarak
membuatku tidak bisa selalu melihatnya, do’aku tak pernah luput kulantunkan
untuknya. Jika waktuNya sudah tepat, jika saatnya aku sudah benar-benar siap,
aku akan datang kerumahnya dengan penuh keyakinan. Tidak memintanya menjadi
pacaraku seperti yang dulu kulakukan. Itu kesalahan masa laluku. Lupakan dulu
soal itu.
Aku
akan meminta orang tuanya mengijinkan aku untuk mengambil alih tanggung jawab
putrinya, yang kuyakinkan pertama kali adalah orang tuanya. Aku tau dia gadis
baik, dia pasti akan menerimaku. Saat orang tuanya bilang IYA, Dia pasti akan
menurut pada orang tuanya. Orangtuanya pasti tau, putri kesayangannya akan aman
bersamaku. Akan kupastikan itu.
-----------------------------------------------------
Ini adalah cerita bersambung yang insyaAllah akan di
update setiap minggunya. Ini adalah seri pertama dari cerita berjudul peri
kecil. Do’akan semoga penulis bisa punya ide setiap minggunya. Aamiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar