Berlia memanggil
abang tukang siomay. Abang tukang siomay mendekati rumah berlia.
“bang, siomay ya
bang sama pare lima ribu” kata berlia memesan.
“wah neng suka
pare ya?” tanya abang tukang siomay
“enggak juga
bang, kata ibu rasa pahityang ada dalam pare bermanfaat sebagai obat cacing
bang” kata berlia meniru ucapan ibunya.
“wah benar
sekali neng, selain itu bisa bermanfaat sebagai penambah naqfsu makan juga
neng” kata abang tukang siomay
Berlia dan abang
tukang siomay tertawa bersama
“sudah pernqah
mendengar cerita pare paparania belum neng?”
“pare paparania?
Berlia malahan baru mendengarnya bang. Ayo ceritakan bang” teriak berlia
meminta
“dahulu kala di
negeri pare, tinggalah pare perempuan bernama paprania. Dahuli pare rasanya
manis tidak pahit seperti sekarang” ucap abang tukang siomay.
Berlia begitu
bersemangat mendengarkan cerita abang tukang siomay.
“akan tetapi
pare paparania dilahirkan aneh. Rasanya tidak manis tapi pahit. Akhirnya pare
paparania dikucilkan dan diasingkan di tengah hutan”
“pare paparania
merasa sedih. Semua pare dinegerinya membenci pare paparania”
Kasihan pare
paprania ya bang?” ucap berlia memelas
“iya, akhirnya
pare paparania pergi kedalam hutan meninggalkan negeri tercintanya” ulang abang
tukang siomay.
“pada suatu
hari, putri raja pare mengalami penyakit
aneh. Selain perutnya yang buncit akibat cacing, putri pare juga digigit oleh
nyamuk malaria”
“lalu bagaimana
selanjutnya bang?”
“lalu sang raja pare memanggil tabib kerajaan. Sang
tabib berpesan pada raja yang dapat menyembuhkan sang putri adalah sebuah pare
yang rasanya pahit. Karena didalam rasa pahit yang ada didalam pare mengandung
zat-zat yang ampuh membunuh racun-racun dalam tubuh. Terutama untuk obat cacing
dan anti malaria” kata abang tukang siomay
“pada akhirnya
pare paparania terkenal, hingga sekarang orang-orang suka memakan pare yang
rasanya pahit karena banyak khasiatnya”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar