Aku
lari terkakung-kakung, keringat dingin menetes melintasi pipiku. Jantungku
berdebar cepat mengikuti cepatnya ayunan langkah kakiku. Hawa panas bercampur
bau matahari menambah tegang suasana. Daun-daun yang diterpa angin serasa
mengejek menertawakan keadaanku saat ini, semut-semut yang berjalan diatas
tiang-tiang besipun ikut mengumpat meledek padaku. Entah sudah berapa lama aku
membiarkan sahabatku menunggu terlalu lama.
“ngapain
aja sih, lama banget” sergap via, sahabatku.
Kujelaskan
alasan keterlambatanku, walau dia sedikit murung. Tapi kemudian dia tersenyum
dan memaafkanku. Hari ini via berulang tahun, umurnya sudah 25 tahun, persis
seperti aku dan lelaki itu.
Lelaki
yang telah menarik hatiku, lelaki bermata indah dengan kacamata yang membuatnya
semakin unik. Lelaki berkulit hitam yang begitu baik padaku. Lelaki itu adlah
temanku, teman sekelasku. Dulu, waktu aku masih berseragam putih abu-abu.
Namanya arfi, begitu teman-teman memanggilnya. Menurut hasil penelitian dan pengamatan
sahabatku, arfi adalah anak orang kaya, terhormat dan berstrata tinggi. Dia
masih ada keturunan orang alim, dari hasil sementara yang diperoleh mbahnya adalah salah satu pengasuh
pondok pesantren di lirboyo, kediri. Tapi yang ku ketahui dia anak yang nakal,
suka kluyuran dan klayaban, suka pulang pagi dan hidupnya ngalor ngidul nggak jelas.
Tapi
entah magnet apa yang bersemayam dalam tubuhnya, hingga aku begitu jatuh hati
padanya. Aih, lagi lagi masalah cinta tak dapat dinalarkan. Aku tak mengerti
alasan aku menyukainya, bahkan seluruh duniapun tahu dia sering kali dijadikan
contoh oleh guru dan teman-temannya, contoh yang buruk.
Bagiku,
ucapannya kala itu hanya gurauan anak SMA yng tak bisa dipercaya. Aku begitu
merindukan sosoknya. Sekarang, dia seperti ditelan bumi tak ada kabar sama
sekali. Dulu kami sempat akrab dan terbiasa sms-an
kaetika malam mulai menyapa.
Aku
tak begitu mengerti asal muasalnya, tapi kebiasaannya adalah mengirimiku sms ketika tengah malam, saat aku mulai
terkantuk-kantuk. Walau begitu aku tetap setia membalas sms-smsnya. Hingga suatu malam kami bahkan sempat bersms ria sampai jam tiga dini hari, tepat
sepertiga malam. Saat aku hendak melaksanakan salat tahajud, bukti cintaku pada
maha pembuat cinta. Akupun berdo’a dan berharap bisa menggelar sajadah bersama
lelaki itu, lelaki berkamacata yang berkulit hitam. Lelaki bernama lengkap
alwan daniel arfiansyah. Walaupun dia nakal atau apalah istilah yang tepat
untuknya, aku maish saja tak dapat membencinya dan melupakannya sampai sekarang.
Terkadang
sahabatku sendiri, via acapkali menganggapku gila dan bodoh.
“kau
cantik, baik, sopan, sholehah. Lelaki mana yang tidak mau denganmu? Eh kamu
malah kepincut sama cowok nggak bener model arfi” kata via menasehatiku waktu
itu
“tuhan
lebih tau dariku” jawabku selalu begitu, bahkan mungkin via sampai bosen
mendengarnya.
Via
begitu karena via menyayangiku dan masih tetap menganggapku sahabatnya. Bahkan
dia selalu berharap semoga suatu saat arfi juga akan mencintaiku seperti aku
mencintainya, cinta yang tumbuh karena Allah. Sepertinya begitu, kuharap
cintaku pada lelaki berkacamata itu
bukan cinta karena nafsu. Dan semoga
cintaku pada lelaki berkulit hitam itu bukan cinta semu. Biarpun begitu, aku
akan tetap menjaga perasaanku, aku akan tetap mencintainya walau hanya dalam
diamku. Aku sangat ingin menjaga cinta suci yang tuhan titipkan dihatiku sampai
saatnya nanti, sampai halalku bersamanya. Jika tuhan mengijinkan.
Setiap
hari aku tak lupa berdo’a seusai sujudku. Kupanjatkan rangkaian kata-kata
kepada pengusa alam semesta, maha
pembuat cinta. Aku sangat ingin tuhan membimbing lelaki nakal yang kucintai
dalam diamku itu, aku ingin dia menjadi pembimbingku dan contoh bagi
anak-anakku kelak. Semoga dia bisa menjadi suami yang bisa menyejukan hati
istrinya dengan agamanya. Setiap hari, tak lupa rentetan kalimat-kalimat itu
kubaca sesudah melaksanakan bukti cintaku pada maha pembuat cinta yang telah
menyelipkan rasa dihatiku.
***
Selimut
hitam berhias cahaya bintak dan rembulan yang muncul separo menemani malamku,
diberanda dapan rumahku. Bunyi jangkrik terdengar mesra ditelingaku, gemericik
air dikolam ikan sebelah tanaman mawarku menambah nikmat alunan yang bersautan
dengan semilir angin malam, beradu dengan lamunanku. Tentang lelaki berkacamata
itu, lelaki yang selalu ,encuri malamuku, mengambil jatah mimpiku. Sampai detik
ini masih ada tanda tanya besar yang selalu mengganggu waktuku. Kenapa aku bisa
mencintai lelaki seperti itu, lelaki nakal, apa aku tak begitu pantas
mendapatkan lelaki baik-baik? Kenapa harus lelaki seperti itu yang kucintai,
lelaki yang selalu menjajakan cinta pada setiap permpuan. Apa aku tak pantas
mendapatkan lelaki yang selalu istiqomah menjaga hatinya?
Astagfirullah,
segera kutampik lamunan burukku. Semua pasti
ada alasannya, walau aku tak pernah tau itu apa. Tuhan jauh lebih tau
dariku. Mungkin saja lelaki pencuri mimpiku ini belum bermetamorfosis secara
sempurnna. Masih belum menemukan jati dirinya dan masih terombang-ambing kesana
kemari mengikuti arus keegisan dunia. Dan tetap saja aku masih berharap
padanya, dan menggantungkan harapanku pada maha pembuat cinta.
***
Sore ini, saat senja belum mau
menampakkan keindahannya, mutiara bening dari atas langit yang jatuh melalui
ember-ember raksasa perlahan muli mengguyur kawasan rumahku. Menyegarka
mawar-mawar yang lupa kurawat. Menikmati setiap tetes air yang jatuh diatas
kerikil-kerikil kecil ditaman. Derasnya air membuat mataku buram ketika ada
sebuah mobil mercy warna hitam memasuki halaman rumah. Sosok yang tak lagi asing
bagiku keluar dari dalm mobil yang kini sudah basar terkena air hujan, lelaki
itu....
Iya, lelaki cinta pertamaku. Lelaki
pencuri mimpiku. Betul sekali, lelaki berkulit hitam yang memakai kacamata itu
mendekati dan menghampiriku. Aku kaget dan segera berdiri sambil menyungging
senyum paling bahagia. Langkahnya semakin mendekatiku. Kini lelaki itu terlihat
bijaksana tdak sepeti dulu, saat masih menikmati masa sekolah dulu. Ia
mengedipkan mata menggodaku, sekarang dia sudah bekerja, hidupnya tak sesemrawut dulu. Kini dia sudah menjadi
lelaki yang mampu bertanggung jawab.
Lelaki itu menguluk salam dan
kubalas dengan manja. Kini dia sudah menjadi lelaki yang taat menjalankan
perintah tuhannya. Tak senakal dulu, yang selalu hura-hura. Ia mengulurkan
tangan, menjabat tanganku. Aku menyalaminya dan ku kecup tagan hitamnya.
Sekarang aku semakin mencintai
lelaki pencuri malamku yang kini berdir dihadapanku. Dia menarik tanganku,
seperti saat adegan-adegan film romantis yang dulu pernha kutonton bersama via,
sahabat karibku. Lalu dia memeluk dan mendekapku erat penuh cinta. Dia mengecup
keningku dan berucap lirih
“istriku, ayo masuk! Hujan sedan
berpihak pada kita. Kasur empuk sedang menanti kita didalam.” Katanya sambil
menggandeng tanganku dan masuk kedalam istana yang dia bangun untukku.
Sampai
saat ini, dulu, dan seterusnya aku akan mencintai suamiku karena-Nya. Maha
pembuat cinta yang menyelipkan rasa padaku dan lelaki berkacamata yang sekarang
menjadi suamiku. Terimakasih tuhan telah membimbing dia untukku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar