Sebentar
lagi masa liburan anak-anak sekolah berakhir, itu tandanya gue bakal segera
mengajar. Gue tau ini bukan pertama kalinya gue mengajar, tapi tetep aja gue
gugup. Selain gugup ada sesuatu perasaan yang aneh, perasaan yang tak
terdefinisikan entah apa itu tepatnya gue nggak bisa menuliskannya dalam
rangkaian kata-kata.
Gue
nggak membayangkan kalo akhirnya gue memilih jalan untuk menjadi seorang guru,
gue masih belum bisa menerima kenyataan yang gue pilih. Setiap manusia pasti
kadang memiliki keinginan yang berubah-ubah setiap waktunya. Bukan plin-plan
atau apa, tapi begitulah manusia kebanyakan.
Pada
jaman dahulu kala, saat gue masih kecil ketika gue ditanya cita-cita gue, gue
menjawab ingin menjadi dokter. Sebnernya bukan sepenuhnya keinginan gue ingin
jadi dokter tapi karena kebanyakan temen-temen gue ingin jadi dokter maka gue
mengikuti keinginan mereka karena gue ingin terlihat sama hebatnya dengan
teman-teman gue.
Waktu
berlalu dan keinginan jadi dokterpun mulai berlalu, kemudian saat gue kelas
enam gue diajar sama guru yang begitu menginspirasi dan saat itu gue memutuskan
untuk menjadi guru seperti beliau. Mungkin darisitulah keinginan gue menjadi
seorang guru muncul.
Seperti
impian orang pada umumnya hal itupun kemudian dilupakan, saat memasuki masa SMP
gue pengen jadi seorang psikolog. Alasannya karena bu Titin, guru BK gue saat
itu. Dia sosok yang luar biasa, dari kata-kata yang beliau ucapkan begitu
menginspirasi dan kemampuan menasehati tanpa menggurui itu jadi alasan utama
gue pengen jadi seorang psikolog.
Setiap
orang punya masalah kan? Ketika orang hidup tanpa masalah itu pasti terlihat
sangat membosankan. Dan itu juga menjadi masalah hidupnya karena menganggap
tidak memiliki masalah. Gue pengen memberikan telinga gue untuk mendengar
setiap keluh kesah orang-orang, mereka dengan senang hati menceritakan masalah
mereka pada kita dan berharap kita bisa ikut menyelesaikan masalah mereka?
Bukankah itu pekerjaan yang hebat?
Sangat
jarang orang yang mau mendengar, sudah sifat manusia lebih banyak berbicara
daripada memfungsikan telinganya dengan baik, itulah kenapa begitu banyak
manusia egois yang bertebaran dimuka bumi ini, karena mereka jarang mendengar
dan begitu sibuk dengan diri mereka sendiri.
Saat
itu gue pengen menjadi sebagian manusia yang jarang ditemui itu, manusia yang
memilih untuk lebih banyak mendengar. Membagi waktu kita untuk mendengarkan
orang lain itu bukan perkara yang mudah. Mendengarkan, mungkin salah satu wujud
untuk menunjukan pada dunia bahwa kita peduli.
Hari
berjalan, lambat-lambat keinginan menjadi psikolog memudar dan menjadi seorang
psikolog memang terdengar sederhana tapi ternyata tidak sesederhana
kedengarannya.
Penulis.
Kemudian gue berkeinginan menjadi seorang penulis. Gue dulu suka ngebaca
majalah aneka yes! Gue menantikan cerpen-cerpen yang muncul disitu.
Lalu
gue jadi lebih sering ke perpus pada saat itu, mulai membaca novel, hikayat,
puisi, dongeng, cerita dan kebiasaan membacapun muncul begitu saja seiring
dengan keinginan menjadi seorang penulis. Katanya penulis yang sombong adalah
penulis yang tidak mau membaca karya orang lain, jadi saat itu gue memutuskan
membaca karya-karya orang lain karena gue pengen jadi seorang penulis.
Gue
mulai membuat cerita yang kemudian gue kasih secara Cuma-Cuma ketemen sekelas
gue, gue belajar membuat puisi dan pelajaran bahasa Indonesia pada bab menulis
itu menjadi pelajaran faforit gue kala itu.
Katanya
yang membuat seseorang abadi adalah tulisan jadi jika kau ingin abadi maka
menulislah. Keinginan menjadi seorang penulis semakin membara, apinya berkobar
semakin besar.
Saat
kita tidak bisa mengatakan sesuatu dengan mulut kita, menulis adalah cara yang
paling bijak. Kita bisa mengeluarkan semuanya, sesuatu yang ada dihati kita,
sesuatu yang ada dipikiran kita, kita bisa mengeluarkannya melalui pena,
menakjubkan bukan?
Lagipula
tulisan bisa dihapus, bisa diedit, bisa diperbaiki tidak seperti mulut kita.
Tidak mungkin kan kita menjilat kembali ludah yang sudah dikeluarkan itulah
kenapa banyak oarng yang lebih suka menulis daripada berbicara panjang lebar.
Buat
gue, menulis adalah sesuatu yang mengalir begitu saja. Bahkan ketika tulisanmu hanya
bisa kau nikmati sendiri itu tetap hal yang menakjubkan. itulah kenapa banyak
orang yang hobi menulis buku diari.
Kita
menulis apa yang kita baca dan membaca apa yang kita tulis, itu hal yang
mengasyikan bukan? Gue nggak selalu berharap tulisan gue dibaca banyak orang
bahkan gue sering berharap tak ada yang membaca ‘tulisan’ gue selain gue
sendiri.
Saat
itu menulis adalah cita-cita gue. Saat itu…
Hal-hal
bisa berubah hanya karena waktu. Hebat bukan yang dimaksud dengan waktu. Bisa
merubah segalanya, itulah hebatnya waktu.
Cita-cita
gue jadi nggak jelas, gue pengen jadi ini, kemudian pengen jadi itu, dan lain
sebagainya. Ketika gue sering liat film-film action, film amerika gue pengen
jadi petarung hebat, gue pengen jadi salah satu agen FBI. Lucu kan? Xixi
*abaikan*
Gue
pernah pengen jadi arsitek juga saat itu ketika gue punya temen yang kuliah
jurusan arsitek disolo, namanya Nana. Menurut gue arsitek itu keren meski lebih
keren karya Tuhan, yaiyalah tuhan itu nggak bakal ada tandingannya.
Saat
itu, gue pengen suatu saat mendesain rumah gue sendiri. Dulu gue memimpikan
rumah yang seperti ada dikomik connan. Rumah yang memiliki ruang rahasia, bahkan
ketika melihat doraemon yang labirin raksasa gue juga pengen membuat rumah yang
ada labirinnya. Gue pengen punya rumah diatas pohon dan semua keinginan gue
yang aneh-aneh. Gue suka berimajinasi ini dan itu.
Imajinasi
itu segalanya dan begitu berharga buat gue. Bahkan dulu gue pengen membangun
rumah ditengah hutan seperti dongeng Cinderella, membuat kastil yang indah
didalam hutan. Mungkin gue bisa bertemu peri-peri, seperti kisah Tinkerbelle,
Barbie, the lord of the rings. Gue juga kadang suka berharap gue punya lemari
ajaib yang menghubungkan dunia gue kedunia lain seperti kisah Narnia.
Imajinasi
gue suka berkeliaran entah kemana, menyenangkan banget ketika gue
berjalan-jalan diatas imajinasi gila gue. Tapi gue mengakui itu salah satu hal
menyenangkan dalam hidup gue, apa jadinya hidup tanpa imajinasi? Itu kedengaran
seperti tidak memiliki harapan, tidak memiliki kepercayaan. Gue mempercayai
apapun bahkan untuk hal-hal yang sulit dipercaya.
Ketika
gue meilihat gambar-gambar yang indah gue belajar menggambar dan berkeinginan
suatu saat gue jadi illustrator atau pelukis. Dan banyak keinginan yang berbeda
ketika gue melihat sesuatu yang berbeda.
Pernah
kepikiran jadi desainer, pengen merancang baju sendiri untuk dipake sendiri.
Saat itu berasa membanggakan banget kalo terwujud.
Sekali
lagi, waktu selalu merubah segalanya..
Ternyata
sekarang gue bukan anak kecil lagi, gue udah gede atau setidaknya anak kecil
yang terkurung dalam tubuh orang dewasa. Kadang gue lebih sering terlihat
seperti anak-anak, dengan pemikiran anak-anak, tapi bukan berarti gue
kekanak-kanakkan.
Dan
saat ini cita-cita gue sederhana banget. Gue selalu menyimpan keinginan
sederhana ini sendiri hingga saatnya gue bisa mengabulkannya. Gue pengen banget
cita-cita yang ini nggak berubah kedepannya, gue pengen mewujudkannya dan
semoga memang benar-benar terwujud. Amin
Ketika
ternyata sekarang gue memilih jalan menjadi seorang guru semoga ini jalan yang
terbaik yang Allah pilih buat gue. Pelan-pelan gue pengen mewujudkan impian
sederhana gue itu, yang gue simpan sendiri sambil berjalan menjadi seorang
guru. Guru yang menginspirasi banyak orang, guru yang dicintai, dan guru yang
dirindukan murid-murid, semoga gue bisa menjadi guru yang sebeneranya. Guru buat
diri gue sendiri, buat anak-anak gue nantinya dan gue pengen jadi guru yang
tidak pernah menggurui siapapun.
Menjadi
guru adalah kesenangan yang tidak menyenangkan. Semoga kelak akan ada seseorang
yang mengajak gue keluar dari kesenangan yang tidak menyenangkan dan membawa
gue pada kesenangan yang menyenangkan, kesenangan sesungguhnya. Semoga hari itu
cepat datang. Hari-hari yang dilalui dengan hal-hal yang menyenangkan.
Hari-hari penuh kesenangan yang menggembirakan. Hari itu… semoga kau cepat
datang.
menjadi seorang guru! semoga gue bisa menjadi seorang guru yang bisa mengajar dengan ilmu dan mendidik dengan hati pada murid murid gue nantinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar